UGM Kembangkan Melon di Lahan Tandus Pantai Gunungkidul

UGM kembangkan gama melon di Gunungkidul.
Sumber :
  • VIVAnews/Daru Waskita (Yogyakarta)
VIVAnews
- Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta mempelopori pemanfaatan lahan yang tandus dan kering disepanjang pesisir pantai selatan Kabupaten Gunungkidul untuk pengembangan pertanian, khususnya tanaman gama melon sangat cocok pada tanah yang tandus dan kering disaat musim kemarau.


Dosen Fakultas Biologi UGM, Budi Setiadi Daryono, Selasa 1 Oktober 2013, menjelaskan bahwa selama ini tanah yang tandus dan kering sama sekali tak dimanfaatkan oleh petani karena tanaman pertanian sulit untuk hidup tanpa pasokan air.


"Namun dengan menanam buah gama melon maka lahan yang tandus dan kering jauh lebih produktif," ujar Budi di Yogyakarta.


Menurut Budi, selama ini lahan pantai belum dianggap sebagai potensi di daerah. Warga dalam mengelola lahan tidak memperhatikan prinsip pertanian berkelanjutan. Bahkan di sejumlah kawasan Gunungkidul untuk mendapatkan hasil, warga memilih menjual pasir dan batu.


"Harapan akhirnya tentu ada peningkatan taraf hidup masyarakat," kata Budi yang juga merupakan peneliti gama melon ini.


Ada empat varietas yang dikembangkan, yaitu kultivar melodi gama 1 dan melodi gama 3, gama melon basket, dan gama gambas. Jutaan bibit sebelumnya telah dibagikan petani di Kemadang, Tanjungsari Gunungkidul. Sesuai dengan hitungan produksi, dari 1000 meter persegi bisa ditanami 2000 bibit dengan jarak tanam 50 cm. Hasil panen bisa mencapai 3 ton per 1000 meteri persegi.


"Jenis gama melon basket dan melodi gama cocok untuk area lahan kering di Gunungkidul ini," kata Budi.

Beberapa keunggulan gama melon disebutkan, masa panen lebih cepat yaitu berkisar 56-60 hari, sementara untuk jenis melon lain bisa 65-70 hari baru panen. Hasil uji di laboratorium, melodi gama 1 dan melodi gama 3 juga gama melon basket punya kandungan vitamin A dan C lebih tinggi dibanding yang lain.


Suwarno, Ketua Kelompok Tani Handayani, Kemadang Tanjungsari Gunungkidul, dalam kesempatan terpisah, menyatakan telah mencoba menanam melon yang bibitnya diperoleh dari UGM. Saat ini baru ada lima orang yang mencoba dari 60-an petani yang ada di dekat pantai Porok, Kemadang.


Saat pertama kali tanam, Suwarno  menebar 2.500 bibit, hasilnya minimal 1,5-2 kilo melon per pohon. Panen bisa mencapai 3 ton melon. Dengan modal Rp 6,6 juta dan menjual melon-nya tak bersamaan, dengan harga Rp 5000 per melon, total bisa dapat Rp 15 juta setelah 2,5 bulan menanam.


"Setelah saya panen dan dapat untung, baru petani yang ingin mencoba menanam," kata Suwarno.


Supriyadi, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Gunungkidul, menyatakan rasa gembira dengan adanya kerjasama penanaman melon bersama petani Kemadang. Untuk mendukung program penanaman melon ini, kata Suwarno,Pemerintah daerah telah memberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian untuk kelompok tani Handayani seperti pompa dan traktor senilai Rp40 juta.


"Arahnya memang untuk optimasi lahan, ada ratusan hektar yang bisa dimanfaatkan, tapi kosong selama Agustus hingga November. Gama melon tak butuh banyak air, justru sensitif air hujan," kata Supriyadi.