Wisata Keraton Surakarta Kembali Dibuka Sabtu

Keraton Surakarta Hadiningrat, Solo.
Sumber :
  • Fajar Sodiq/ VIVAnews, Solo
VIVAnews - Pasca bentrok internal Keraton Kasunanan Surakarta menyebabkan akses wisatawan untuk mengunjungi objek wisata keraton menjadi terbatas. Meski begitu, pihak keraton akan membuka kembali akses untuk wisatawan Sabtu, 31 Agustus 2013.

Wakil Pengangeng Sasono Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta, KP Winarno Kusumo, Rabu 28 Agustus 2013, mengatakan penutupan akses menuju pelataran di depan Sasono Sewoko (bagian ruangan inti Keraton Solo) dilakukan sejak keributan terjadi Senin lalu.

"Karena Senin itu ditutup, otomatis wisatawan yang berkunjung ke keraton kosong," kata Winarno.


Pada Selasa kemarin, kata Winarno, wisatawan sebenarnya sudah diperbolehkan berkunjung ke keraton. Hanya saja terbatas pada kunjungan ke museum. Sedangkan akses pintu yang menghubungkan museum dengan keraton masih ditutup untuk wisatawan.


"Pertimbangan penutupan akses itu untuk berjaga-jaga jika nanti ada yang masuk dan membuat ulah. Karena isunya yang beredar seperti itu, ya kami mengantisipasi saja," kata dia.


Pada hari ini loket penjualan tiket untuk masuk museum sudah dibuka di depan keraton, tepatnya di samping kiri dan kanan Kori Kamandungan.


Konflik yang terjadi pada hari Senin kemarin bermula dari dibubarkannya acara halal bihalal oleh Lembaga Dewan Adat Keraton. Padahal acara yang diinisiasi oleh Paku Buwono XIII Hangabehi bertujuan untuk mengumpulkan para adik-adiknya supaya bisa bersatu rukun kembali.


Selain itu, acara halal bihalal juga diisi dengan acara penobatan KGPH PA Tedjowulan sebagai Maha Patih. Rupanya rencana itu ditolak keras oleh Lembawa Dewan Adat, sehingga acara tersebut pun dibubarkan secara paksa.


Keributan pun terjadi. Bahkan hingga malam. Sekitar pukul 19.45 WIB, warga Baluwarti mendobrak pintu Sasono Putro. Pintu gerbang dijebol dengan menabrakkan sebuah mobil Toyota Hardtop warna putih. Setelah gerbang jebol, warga merangsek masuk. Sekitar 300 warga masuk ke dalam keraton yang diduduki massa Lembaga Adat. (umi)