Misteri Lumpuhnya 4 Anak Purnawirawan Polisi
- VIVAnews/Robbi
VIVAnews - Empat dari lima anak pasangan purnawirawan polisi, Peltu (Purn) Sahirun dan Warsini mengalami kelumpuhan. Semua bermula di tahun 2005, kala itu sang ayah yang tak punya uang terpaksa memboyong keluarganya ke bekas kandang babi.
Tiba-tiba satu per satu anaknya lumpuh, Musiaroh (36), Amin Muntoha (35), Musinah (27), dan Riyatin (25). Sementara Kiswanto (30) yang tinggal bersama orang lain selamat dari kelumpuhan.
Penyakit apa yang menyerang mereka? Apakah terkait dengan masa lalu mereka yang tinggal di bekas kandang babi?
Berdasarkan pemeriksaan medis yang pernah dilakukan, kelumpuhan tersebut terjadi karena faktor kelainan genetik.
Dokter ahli bedah syaraf Rumah Sakit Margono Sukaryo Purwokerto, dr Untung Gunarso mengatakan, keempatnya pernah dirawat di RS tersebut. "Berdasarkan diagnosa, mereka mengalami pelemahan dan pengecilan otot," kata dia kepada VIVAnews, Kamis 21 Juni 2012.
Empat bersaudara itu kemudian dirujuk ke RS Kariadi Semarang. Sampel darah mereka bahkan sempat dikirim ke Eropa untuk diteliti di laboratorium. Disimpulkan, keempatnya mengalami kelainan genetik atau Friedreich's ataxia syndrome.
Penyakit jenis ini biasanya menyerang remaja usia 15 tahun, dan makin parah saat penderita mencapai usia 22 tahun. "Jadi terkait dengan adanya dugaan serangan virus yang disebabkan karena rumah yang ditinggali keempat orang anak bersama dengan orang tuanya ini bekas kandang babi, sementara hingga saat ini dipastikan bukan karena faktor itu," kata dia.
Penyakit yang diderita empat bersaudara tersebut banyak ditemukan di wilayah Eropa. Sementara di Indonesia, kasus seperti ini sangat jarang ditemukan. Dokter Untung juga tak bisa menebak mengapa penyakit itu bisa diidap kakak beradik ini. "Apakah dahulu keturunan keluarga ini ada darah dari Belanda pada masa penjajahan, ini yang belum diketahui," kata dia.
Berdasarkan kesimpulan itu, kelumpuhan yang dialami keempatnya tidak bisa disembuhkan. Untuk membantu keempat pasien tersebut, RS Margono hanya bisa melakukan rehabilitasi, memanfaatkan otot yang masih memungkinkan untuk dilatih agar pasien dapat menggerakkan anggota tubuhnya. "Namun ini juga tak bisa maksimal," kata dia.
Kendala lain, RS Margono mensyaratkan keempat pasien harus memiliki kartu Jamkesmas, tak cukup hanya Jamkesda.
Kasus lumpuhnya empat anak purnawirawan polisi ini kembali mencuat setelah ibu mereka meninggal dunia bulan lalu. Akibatnya, uang pensiunan polisi ayah mereka yang bisa digunakan untuk menyambung hidup diputus.
Bukannya berpangku tangan, keempat bersaudara itu berusaha untuk mencari uang. Amin Muntoha membuat wayang dari kardus bekas yang dijual di SD. Sementara tiga saudarinya menyulam atau membuat kruistik. Namun, semua itu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Kini, mereka bergantung pada Kiswanto, anak nomor tiga, satu-satunya yang tak lumpuh. Juga bantuan dari orang lain. Mereka bahkan sempat berkeinginan menjual rumah pemberian Polda Jawa Tengah, karena kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Untuk makan. (umi)