Bentrok, Warga Pelauw Kekurangan Makanan

Bentrok di Kalianda, Lampung Selatan
Sumber :
  • ANTARA/Eni Muslihah

VIVAnews - Paska bentrok antar warga yang terjadi pada Jumat 10 Februari malam, sebanyak 1.530 jiwa masih berada di lokasi pengungsian di Desa Kailolo Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.

Ribuan pengungsi asal Desa Pelauw ini mulai kekurangan makanan dan pakaian. Semua harta benda milik warga ludes akibat rumahnya dibakar.

Kepala pemerintah Desa Kailolo Kecamatan Pulau Haruku Azhar Ohorella mengakui, saat ini belum ada bantuan dari pemerintah atau pihak lain untuk warga. 

"Kebutuhan utama saat ini adalah pakaian, makanan dan minuman," ujar Ohorella kepada wartawan di kantor Desa Kailolo, Senin 13 Februari 2012.

Menurut Ohorella, rasa simpati warga Kailolo sangat tinggi terkait peristiwa tersebut. Di saat terjadinya peristiwa yang menghanguskan sekitar 400 rumah lebih itu, pihaknya langsung mengamankan kedua kelompok yang mencari perlindungan.

Hanya saja, Ohorella berharap agar ke depan ada campur tangan nyata dari pemerintah, baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi Maluku untuk mengurangi beban para pengungsi. Karena masyarakat Kailolo juga memiliki kebutuhan yang sama dengan pengungsi, apalagi dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Di tempat terpisah, Kepala Biro Umum dan Humas Setda Maluku, Semmy Huwae mengatakan, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu sangat menyayangkan konflik yang terjadi antara warga Desa Porto-Haria dan di Desa Pelauw.

"Kepada seluruh pihak yang sementara bertikai diharapkan dapat menahan diri. Jangan mudah terbakar emosi, karena sesungguhnya yang akan mengalami penderitaan dan kesulitan adalah saudara-saudara sendiri," kata Karel yang disampaikan Huwae.

Karel juga menyampaikan duka cita yang mendalam, disertai harapan agar kondisi keamanan dapat segera dipulihkan. Sehingga proses recovery dapat dilaksanakan. Kepada Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah dan jajaran di tingkat kecamatan diminta untuk segera mengambil langkah-langkah konstruktif menuju proses pertemuan antar pihak bertikai menuju kesepakatan perdamaian yang lebih parmanen, dengan menyelesaikan akar masalah.

Karel juga meminta agar raja dan kepala desa untuk lebih proaktif mengendalikan masyarakatnya. Terutama mereka yang bertikai. "Proses pendekatan secara persuasif kiranya selalu intensif dilakukan, dan jangan membiarkan sebuah isu berkembang tanpa klarifikasi atau tanpa ditindaklanjuti," kata dia.

Jajaran kepolisian juga diminta untuk memperhatikan perkembangan kondisi situasi yang ada terkait dengan kebutuhan penempatan tenaga keamanan, dan diharapkan dapat untuk melokalisir konflik sehingga tidak berimbas pada hal-hal yang lain.

Selain terjadinya aksi pembakaran, korban yang meninggal dan berhasil didata oleh Polda Maluku berjumlah enam orang masing-masing Syarifudin Tuapele (55), Sumba Guru Tuapele (30), Oyang Nurlette (20), Bari Talaohu (20), Abd Rakit Latupono (69) dan Sarah Alim Sahubawa (60). (umi)