Menag Nasaruddin Berpesan, Peringatan Isra Miraj Dijadikan Persiapan Sambut Ramadan

Menteri Agama Nasaruddin Umar
Sumber :
  • Kemenag

Jakarta, VIVA – Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengajak umat Muslim untuk menjadikan peringatan Isra Miraj sebagai persiapan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Itu disampaikan Menag dalam peringatan yang digelar oleh Kementerian Agama, Kemenag.

Peringatan Isra Mi'raj tingkat kenegaraan digelar di Gedung HM Rasjidi Kementerian Agama Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Hadir sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih, sejumlah Duta Besar, serta jajaran pejabat dan Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama RI.

Jelas Menag Nasaruddin, Isra Miraj Nabi Muhammad Saw membawa pesan tentang perintah salat. Peristiwa tersebut menurutnya penting dijadikan untuk menjemput datangnya Ramadan.

“Mari memaknai Isra Miraj sebagai momentum agar kita bisa lebih dekat dan senantiasa bersyukur atas nikmat Allah Swt. Terlebih sebentar lagi umat muslim akan memasuki bulan Suci Ramadan,” kata Menag Nasaruddin Umar di Jakarta,  dalam keterangannya dikutip Jumat 31 Januari 2025.

Menag berharap, dengan peristiwa Isra Mi'raj tersebut bisa semakin meningkatkan keimanan umat Islam. Selain itu, juga menguatkan kedekatan mereka terhadap ajaran agamanya. 

"Kami meyakini, semakin dekat umat itu kepada ajaran agamanya maka semakin berkualitas bangsa dan anak manusianya," katanya.

"Dan semakin berjarak antara umat dengan ajarannya, maka di situ patologi sosial akan bermunculan. Mudah-mudahan Isra Miraj ini akan lebih melengketkan ajaran agama dengan para pemeluknya,” tambahnya.

Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie,  yang diberi kepercayaan untuk memberikan tausyiyah, memaparkan Bagaimana pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad Saw tersebut. Juga peristiwa tersebut sebagai pembuktian bagaimana kuasanya Allah SWT. 

Menurutnya, peristiwa tersebut terimplementasikan pada konsep relasi antara keimanan dan pengetahuan yakni Imtaq dan Iptek.

“Relasi Imtaq dan Iptek menjadi elemen fundamental dalam membangun spiritualitas individu dan peradaban manusia,” kata Ilham Akbar Habibie.

“Relasi Imtaq dan Iptek terimplementasikan dalam perintah peristiwa Isra dan Miraj. Seperti, ibadah shalat 5 waktu yang dijalankan setiap hari sebagai estapet aktivitas jasmani dan rohani melahirkan secercah energi Ilahi yang berdampak signifikan terhadap dirinya sendiri, masyarakat, dan peradaban,” sambungnya.

Jelas Ilham Habibie, seseorang punya pengalaman dalam menjalankan ibadah salat yang bersifat unik. Meski gerakan dan bacaan yang seragam, tetapi pemaknaan oleh masing-masing individu tersebut yang berbeda-beda.

Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang, pemahaman, dan tujuan yang dimiliki masing-masing orang.

“Ada yang memandang shalat sebagai kewajiban semata untuk menghindari neraka, sementara yang lain melaksanakannya demi membangun citra diri,” kata Ilham Akbar Habibie.

Disaat salat dilaksanakan secara baik, menurutnya akan memiliki peran penting dalam membangun peradaban sebuah negara di masa akan datang.

“Jika kita ingin menatap optimisme tercapainya Indonesia Emas di tahun 2045, maka lihatlah kualitas shalat generasi muda Indonesia di masa kini. Mari kita semua berbenah diri mempersiapkan generasi mendatang dengan asupan Imtaq dan Iptek,” tegasnya.