Rumah Sakit Islam Jakarta Blak-Blakan Penyebab Bayi Meninggal yang Sempat Dikira Tertukar

Ilustrasi bayi
Sumber :
  • Pixabay/ Marjon Besteman

Jakarta, VIVA - Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih, Jakarta Pusat, menguak penyebab kematian bayi berjenis kelamin laki-laki yang sempat diduga tertukar padahal tidak. Bayi itu ternyata menderita penyakit jantung bawaan ketika baru lahir.

“(Penyebab kematian) Diduga adalah penyakit jantung bawaan,” kata Direktur Utama RS Islam Jakarta Cempaka Putih, dr. Jack Pradono Handojo pada Selasa, 24 Desember 2024.

Ilustrasi Bayi Baru Lahir

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Kondisi tersebut terkuak pasca bayi lahir lewat proses sesar. Mula-mula, sempat ada retensi plasenta atau sirkulasi masih berlangsung dari ari-ari yang tertahan dalam rahim usai melahirkan.

“Sehingga jantung belum berfungsi, dan pada waktu diputuskan kemudian bernafas dengan paru-paru dan jantungnya sendiri, maka kondisinya saat itu adalah menangis keras,” ujar dia.

Walau untuk apgar score atau hasil evaluasi kondisi bayi baru lahir, diakuinya masih dalam kondisi bagus. Tapi, sejam berlangsung dilaporkan kondisi bayi dari pasangan Muhammad Rauf dan Feni Selviyanti kondisi kesehatanya turun.

“Kita bilang apgar score itu bagus ya, 8 atau 9. Namun, dalam perjalanannya sekitar satu jam kondisi menurun. Karena bayi bernafas dan bersirkulasi dengan organnya sendiri. Kondisi yang dimonitor adalah terjadi proses desaturasi atau saturasi oksigen kurang dari 95 persen dan semakin menurun. Oleh karena itu, maka bayi dievakuasi dari ruangan seksio sesarea, dari OK (kamar operasi) di lantai 6 ke ruang NICU di lantai 5,” kata dia.

Kemudian untuk polemik bayi tertukar, dia memastikan RSIJ sudah menjalankan SOP secara benar. Apalagi dengan adanya hasil DNA, dirinya berharap polemik disudahi.

“Saya tegaskan kembali sebetulnya kami menginginkan bahwa DNA ini bisa membuktikan, dan Alhamdulillah hari ini bisa dibuktikan bahwa bayi itu tidak tertukar,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, bayi berjenis kelamin laki-laki yang meninggal dunia di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, adalah anak dari pasangan Muhammad Rauf dan Feni Selviyanti.

Dengan demikian, tidak ada bayi tertukar. Hal ini dipastikan dari hasil DNA Pusdokkes Laboratorium Polri. Adapun, kepastian ini diungkap Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Polisi M. Firdaus.

"Berdasarkan hasil analisis seluruh profil DNA telah dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa secara genetik Mister X adalah anak biologis Muhammad Rauf dan Feni Selviyanti," ucap dia pada Selasa, 24 Desember 2024.

Untuk diketahui, Polres Metro Jakarta Pusat bersama tim gabungan di TPU Semper Cilincing, Jakarta Utara pada hari ini mulai melakukan ekshumasi terhadap jasad bayi yang tertukar di Rumah Sakit Islam (RSI) Cempaka Putih.

Tim gabungan terdiri atas Instalasi Kedokteran Forensik RS Bhayangkara dan Pusdokkes Polri, mulai membongkar makam bayi tersebut pada pukul 09.00 WIB, dengan disaksikan orang tua dan pihak RSI Cempaka Putih.

Lokasi bayi dikubur berada di TPU Semper Blok A-1/102 Nomor 54. Sejumlah petugas dari Tim Forensik dan Pusdokkes sudah berada di atas liang lahat yang ditutup tenda. Mereka secara perlahan bekerja untuk mengambil DNA dari jasad tersebut.

Pada 17 September 2024, seorang pria MR mendapat kabar bahwa bayinya meninggal dunia. Jenazah bayi diserahkan kepada keluarganya dalam kondisi sudah dibungkus kain kafan, sehingga MR dan istrinya tidak sempat melihat tubuh anaknya.

Keesokan harinya, keluarga memutuskan untuk membuka makam bayi di TPU Cilincing. Karena ibu bayi, FS belum pernah melihat anaknya. Ketika makam dibongkar, MR mengaku kaget saat menemukan jasad bayi yang berbeda dari yang dia azani.

“Setelah melihat foto dokumentasi, saya curiga karena badannya besar dan panjangnya tidak sesuai dengan surat keterangan lahir yang menyebutkan panjang 47 cm,” ujar MR.

MR kemudian mengajukan klarifikasi kepada pihak rumah sakit, namun pihak rumah sakit menyangkal adanya bayi yang tertukar.

Mediasi telah dilakukan sebanyak tiga kali, tetapi belum mencapai kesepakatan yang memuaskan. Kasus ini masih dalam proses investigasi lebih lanjut.