Ekspresi Presiden Iran Jadi Sorotan saat Dengar Pidato Prabowo Subianto yang Berapi-api di KTT D-8
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Pidato Presiden RI, Prabowo Subianto, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 berhasil menyita perhatian dunia, terutama para pemimpin Timur Tengah.
Dalam forum internasional tersebut, Prabowo menyampaikan kritik tajam terkait situasi global yang menimpa umat Muslim, khususnya persoalan Palestina, yang hingga kini belum menemukan titik terang meski telah menjadi perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama bertahun-tahun.
Dalam pidatonya, Prabowo menyoroti ketidakadilan yang dialami umat Muslim di dunia. Ia menyebut bahwa meskipun jumlah Muslim mencapai 2 miliar atau sekitar 25% populasi dunia, hak-hak mereka sering diabaikan.
“Hak asasi manusia bukan untuk orang Muslim. Ini kenyataannya, sangat menyedihkan,” tegas Prabowo, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Prabowo juga menyerukan agar para pemimpin negara-negara Muslim di dunia, termasuk yang tergabung dalam D-8, tidak lagi terpecah belah oleh strategi “divide et impera” yang menurutnya masih diterapkan kekuatan-kekuatan besar dunia.
“Kita harus melihat realitas dari situasi ini. Kita selalu menyatakan dukungan untuk Palestina, Suriah, tapi dukungan yang seperti apa? Perpecahan itulah yang membuat Palestina tidak bisa merdeka hingga saat ini,” ujar Prabowo dengan nada tegas.
Pidato tersebut berhasil mencuri perhatian para pemimpin yang hadir, termasuk Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, yang terlihat serius memperhatikan setiap kata Prabowo.
Ekspresinya yang penuh fokus menjadi salah satu sorotan media. Tidak hanya itu, perwakilan dari PBB yang hadir pun tampak mencatat dengan saksama poin-poin yang disampaikan oleh Presiden Indonesia.
Prabowo menutup pidatonya dengan menyerukan persatuan di antara negara-negara Muslim.
“Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin, dengan cara apa pun yang kita bisa, tapi saya mendorong persatuan. Saya mendorong kerja sama,” tandasnya, diiringi tepuk tangan para hadirin.
Pidato Prabowo Subianto dalam KTT D-8 ini dianggap sebagai salah satu momen penting dalam menyoroti isu-isu kemanusiaan dan politik global yang selama ini menjadi perhatian utama negara-negara Muslim di dunia.