Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, Sejumlah Rumah Terbakar

Rumah tertimbun material erupsi Lewotobi Laki-Laki di Desa Klatanlo, Flores Timur
Sumber :
  • Jo Kenaru/NTT

Flores Timur, VIVA -  Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur Nusa Tenggara Timur meletus pada Minggu tengah malam. 

Erupsi yang terjadi sekitar pukul 01.00 WITA itu menyebabkan 9 orang meninggal dengan rincian satu keluarga yang terdiri 6 orang di Desa Klatanlo ditambah dua korban lainnya juga berasal dari Klatanlo termasuk pimpinan biara SSPS Hokeng. Satu korban meninggal lagi dilaporkan dari desa tetangga yakni Dulipali.

Kejadian tersebut menyebabkan 3 desa yang terkena dampak erupsi segera mengungsi yakni Desa Hokeng Jaya, Klatanlo dan Dulipali masing-masing berjarak 4 sampai 5 kilo meter dari titik erupsi.

Korban yang tertimbun material erupsi Lewotobi Laki-Laki di Desa Klatanlo

Photo :
  • Jo Kenaru/NTT

“Barusan Suster Nikolin pimpinan biara SSPS Hokeng meninggal karena terlalu lama terjebak. Ceritanya kamarnya dari suster muder ini tertimpa batu besar tadi malam. Jadi korban meninggal sudah 9 orang, 8 dari Klatanlo dan 1 dari Dulipali. Sedangkan di Desa Hokeng Jaya tidak ada korban jiwa hanya banyak muncul kawah dan harta benda rumah dan kendaraan banyak yang hancur,” kata Bebby Namang, Kepala Desa Hokeng Jaya ketika dihubungi VIVA, Senin pagi 4 November 2024.

Peristiwa letusan gunung api itu juga menyebabkan sejumlah rumah terbakar yang diduga terkena luncuran api dan sambaran petir.

“Rumah juga terbakar mungkin karena muntahan api dan petir karena saat terjadinya letusan ini disertai hujan lebat dan petir berkali-kali,” imbuhnya.

Saat ini, lanjut Bebby, tiga desa yang saling bertetangga yakni Hokeng Jaya, Klatanlo dan Dulipali sedang mengurusi proses evakuasi warga ke tempat yang lebih aman.

“Pagi ini kami sedang mengarahkan warga untuk mengungsi yang ditentukan berdasarkan desa yang terdampak. Kami dahulukan dulu lansia ibu dan anak,” tuturnya.

“Kami sangat membutuhkan bantuan darurat dan tenaga evakuasi. Saat ini baru ada bapak-bapak Babinsa. Ada banyak warga yang terluka juga Pak yang harus butuh penanganan medis,” kata Kades Namang.

Dia menceritakan, Gunung Lewotobi Laki-Laki selama ini memang sering terjadi erupsi ringan sehingga warga di sana seperti menjadi adaptasi dengan keadaan tersebut.

Warga, kata Kades Namang lebih takut  dengan guguran material dari atas gunung berapi ini setiap kali terjadi hujan lebat. 

“Kalau soal erupsi  biasa terjadi  4 sampai 5 kali sehari. Kita biasanya lebih takut  kalau hujan karena nanti pasti banyak mengirim material batu ke pemukiman. Tapi letusan yang terjadi pada tengah malam tadi tidak ada tanda-tanda sama sekali langsung ada dentuman keras berkali-kali dari kawah gunung melontarkan api di langit lalu lahar api meluncur ke perkampungan di bawahnya,” kata Bebby.

Disampaikan Bebby Namang, status Gunung Lewotobi Laki-Laki sudah lama  berada pada level III. Ia sendiri baru mendapat informasi kalau status naik menjadi awas (IV) yang berlaku sejak 3 November 2024 pukul 00.00 WITA setelah terjadinya erupsi. (Laporan Jo Kenaru/ NTT)