MUI Sebut Calon Bupati Mesuji Eksploitasi Agama Usai Gunakan Janji Surga untuk Raih Suara

Calon Bupati (Cabup) Kabupaten Mesuji, Lampung, Elfianah Khamami
Sumber :
  • Instagram/Elfianah Khamami

Lampung, VIVA – Calon Bupati Mesuji, Lampung, Elfianah Khamami, tengah menjadi sorotan setelah viral di media sosial akibat pernyataannya yang membawa-bawa agama dalam kampanye. Ia menjanjikan surga bagi warga yang memilihnya.

“Insya Allah bu, besok di akhirat jenengan bisa membayangkan orang lagi dapat perhitungan dari akhirat nanti, tapi kita malah dipanggil, mendapat syafaat dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,” ungkap Elfianah.

Calon Bupati Mesuji nomor urut 02 itu menambahkan bahwa salah satu program unggulannya adalah menyantuni anak yatim, yang ia sebut sebagai kunci untuk masuk surga.

"Kita dipanggil, hai orang-orang Mesuji kemarin, yang memilih nomor dua, ayo ikut bersamaku, karena program nomor dua menyantuni anak yatim, masuk surga bersamaku, kata nani kita bersama-sama," sambungnya.

Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Foto ilustrasi).

Photo :
  • VIVA/Anwar Sadat

Menanggapi hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan respon tegas. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI, Zainut Tauhid Sa'adi, menganggap janji kampanye Elfianah sebagai sesuatu yang berlebihan dan melampaui batas.

Bukan hanya itu, Zainut bahkan menegaskan bahwa tindakan tersebut termasuk dalam kategori eksploitasi agama untuk kepentingan politik.

“Kampanye seperti itu tidak seharusnya dilakukan. Elfianah Khamami tidak berhak menentukan siapa yang masuk surga atau neraka. Itu adalah hak prerogratif Tuhan,” tegas Zainut Tauhid pada Minggu, 27 Oktober 2024, dilansir dari tvonenews.

Zainut juga menegaskan kepada seluruh calon pemimpin daerah untuk tidak menggunakan metode kampanye yang dapat merendahkan nilai-nilai agama.

Menurutnya, penting untuk menyampaikan pesan yang menghormati keberagaman dan memupuk persatuan, khususnya di wilayah yang memiliki keragaman etnis, agama, dan budaya.

“MUI meminta seluruh kontestan Pilkada, baik calon gubernur, bupati, maupun walikota, untuk melakukan kampanye yang mendidik dan mencerdaskan, serta menjauhkan diri dari kampanye hitam, saling menjelekkan, memfitnah, dan politisasi SARA,” ungkap Zainut.

Dengan demikian, harapan Zainut selaku perwakilan MUI adalah semua calon dalam kampanyenya dapat menyampaikan visi, misi, dan program-program mereka dengan cara yang lebih konstruktif dan positif.

“Kampanye sebaiknya lebih menekankan pada penyampaian visi, misi dan program-program calon yang bersangkutan,” tutupnya.