Komunitas Sant’Egidio Kedoya Gelar Kantin Gratis, Mirip Program Makan Bergizi Gratis

Komunitas Sant'Egidio Kedoya gelar kantin gratis
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Program makan bergizi gratis ternyata sudah dilaksanakan lama oleh Komunitas Sant’Egidio di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Inisiatif yang disebut Kantin Gratis menyediakan lebih dari 150 porsi makanan bergizi untuk masyarakat sekitar setiap minggu.

Program tersebut dilandasi oleh upaya untuk menghadirkan kesetaraan masyarakat dalam rangka mempromosikan persaudaraan dan perdamaian yang inklusif.

“Kantin gratis tidak hanya soal makan bergizi gratis. Ini adalah sebuah komunitas yang inklusif, berbaur setara dan sederajat dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial, maupun agama. Tujuannya adalah membangun komunikasi, persaudaraan, dan perdamaian antar manusia,” ujar Koodinator Pelayanan Komunitas Sant’Egidio Kedoya Daniel Desandika.

Sebelum makan bersama, anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, seperti anak jalanan, anak dari keluarga pemulung, buruh harian, hingga cuci gosok mengikuti program Sekolah Damai.

Ada sekitar 30 – 35 anak yang setiap Minggu sore datang ke rumah Komunitas Sant’Egidio di Kedoya untuk bersekolah bersama. Mereka dibimbing oleh relawan guru untuk mendapatkan pendampingan pembinaan karakter, di antaranya terkait persaudaraan lintas batas, toleransi, dan mengupayakan perdamaian.

Sementara untuk sekolah formal, Komunitas Sant’Egidio proaktif untuk mencari donatur dan beasiswa demi memberikan akses pendidikan yang setara kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu tersebut.

“Kami tidak pernah membeda-bedakan latar belakang suku, agama, atau ras. Komunitas ini terbuka bagi semua anak yang ingin belajar bersama teman-temannya, dan keluarga-keluarga yang ingin mengalami persaudaraan tanpa sekat,” kata Daniel.

Co-Founder 5P Global Movement Arsjad Rasjid mengatakan, menjembatani bahkan mengakhiri kesejangan ekonomi, sosial, dan agama merupakan salah satu upaya meminimalisir konflik. Apalagi inisiatif dari komunitas tersebut sungguh menyentuh akar persoalan bangsa ini, terkait pendidikan, kesehatan, dan toleransi.

“Spirit dan inisiatif dari komunitas Sant’Egidio ini patut didukung dan diteladani agar semakin banyak orang terpanggil untuk melakukan hal yang sama. Perdamaian itu selalu harus dimulai dengan kesetaraan tanpa meninggalkan siapapun di belakang,” katanya.

Seperti diketahui, komunitas Sant’Egidio didirikan oleh Andrea Riccardi di Roma, Italia pada 1968 dan sekarang menyebar di seluruh dunia. Sant’Egidio adalah komunitas terbuka bagi siapapun yang terpanggil untuk melayani kaum miskin dan terpinggirkan.

5P Global Movement, inisiatif global yang berpusat di Indonesia, yang fokus pada lima nilai utama (Peace, Prosperity, People, Planet, Partnership) sedang menjajaki kemungkinan untuk melakukan kerja sama dalam mendukung Komunitas Sant’Egidio mempromosikan persaudaraan dan perdamaian lintas batas lebih luas.