Adu Gagasan Ridwan Kamil dan Pramono Anung: Membangun Jakarta seperti Dubai, Mimpi atau Realita?

Ilustrasi gedung perkantoran Jakarta
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Jakarta, VIVA — Dua bakal calon gubernur Jakarta, Ridwan Kamil (RK) dan Pramono Anung saling bersahut gagasan mengenai visi membangun Jakarta. 

Salah satu topik yang menjadi sorotan adalah impian menjadikan ibu kota seperti Dubai, kota futuristik di Uni Emirat Arab yang telah menjadi simbol kemajuan arsitektur modern dan inovasi perkotaan.

Namun, keduanya memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang apakah Jakarta harus mengejar konsep tersebut. Dalam sebuah pernyataannya, Pramono Anung tampak skeptis terhadap gagasan besar ini. 

Ia menyatakan bahwa janji-janji yang terlalu muluk sering kali tidak realistis dan lebih memilih untuk fokus pada permasalahan dasar yang dialami oleh masyarakat sehari-hari.

"Saya tidak ingin menjanjikan sesuatu yang berlebihan kepada warga Jakarta, seperti membangun kota ini menjadi seperti Dubai. Fokus saya adalah menyelesaikan masalah-masalah nyata dan kecil yang sangat dirasakan oleh warga, seperti banjir, polusi, dan transparansi pelayanan," kata Pramono usai menghadiri acara deklarasi Rumah Bersama di Gedung Joang 45, Jakarta Pusat, pada Rabu 11 September 2024.

Bakal calon gubernur Jakarta, Pramono Anung

Photo :
  • VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham

Prioritas pada Masalah Sehari-Hari

Pramono berpendapat bahwa masalah-masalah kecil yang dihadapi oleh warga sering kali dianggap sepele, padahal memiliki dampak besar terhadap kualitas hidup.

Dia menyoroti isu-isu seperti penanganan banjir, polusi udara, dan sulitnya mendapatkan pekerjaan sebagai masalah yang akan menjadi prioritasnya jika terpilih sebagai gubernur.

"Contoh saja soal banjir, itu adalah masalah besar yang berulang setiap tahun. Lalu soal Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP), yang pelaksanaannya tidak selalu transparan. Masalah-masalah ini yang harus segera dibereskan," jelas Pramono.

Tak hanya itu, Pramono juga berjanji untuk memperhatikan sektor informal seperti pengemudi ojek online yang belakangan ini sering melakukan aksi unjuk rasa untuk memperjuangkan hak-hak mereka. 

"Saya ingin semua pihak merasa didengar dan mendapat solusi yang adil atas masalah-masalah yang mereka hadapi," tambahnya.

Ridwan Kamil: Dubai sebagai Inspirasi Kota Futuristik

Di sisi lain, bakal calon gubernur dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, Ridwan Kamil, memiliki pandangan yang lebih optimis. 

Menurutnya, Dubai adalah representasi kota modern dan futuristik yang bisa menjadi inspirasi bagi Jakarta. 

Ia melihat pembangunan seperti ini tidak hanya untuk kepentingan estetika, tetapi juga bisa bermanfaat bagi rakyat kecil, khususnya dalam hal mitigasi bencana.

"Dubai telah menjadi cerminan kota masa depan di dunia. Jika kita berbicara tentang pembangunan yang futuristik, jelas gambaran yang muncul di benak banyak orang adalah Dubai," ujar Ridwan Kamil dalam sebuah wawancara di kediaman mantan Gubernur Jakarta, Sutiyoso.

Bakal calon gubernur Jakarta Ridwan Kamil

Photo :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

RK mencontohkan proyek pembangunan giant sea wall di Jakarta Utara yang bertujuan untuk melindungi kota dari banjir rob.

Menurutnya, proyek ini merupakan langkah nyata untuk memberikan perlindungan kepada warga yang terdampak banjir air laut dan sekaligus menciptakan kawasan baru yang modern.

"Proyek giant sea wall ini adalah salah satu upaya kita untuk mengatasi banjir di Jakarta Utara. Ini bukan hanya soal estetika, tetapi juga demi kesejahteraan masyarakat kecil yang selalu terkena dampak banjir," jelas RK.

Perbedaan Visi: Realisme versus Ambisi

Pramono kembali menanggapi visi RK dengan skeptis. Menurutnya, membandingkan Jakarta dengan kota-kota besar dunia seperti Dubai, New York, atau Tokyo adalah mimpi yang terlalu jauh dari kenyataan. 

Pramono menegaskan bahwa langkah pertama untuk memajukan Jakarta adalah dengan menyelesaikan persoalan-persoalan mendasar yang sering diabaikan.

"Banyak yang bilang ingin menjadikan Jakarta seperti Dubai, New York, atau Tokyo. Tapi bagi saya, itu sekadar mimpi. Saya lebih memilih untuk fokus pada hal-hal sederhana yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat," ujar Pramono saat berbicara dalam acara konsolidasi kader PDIP di GOR Cilandak Barat, Jakarta Selatan.

Menurut Pramono, hal-hal kecil seperti perbaikan sistem juru pemantau jentik (jumantik), transparansi program KJP, hingga persoalan di tingkat RT dan RW adalah fondasi yang harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum berbicara tentang mimpi besar seperti menjadikan Jakarta seperti Dubai.

"Masalah-masalah kecil inilah yang sebenarnya mendasar dan sangat dibutuhkan oleh warga Jakarta saat ini. Menyelesaikan soal jumantik, RT/RW, dan program-program yang menyentuh langsung masyarakat itu lebih penting daripada mimpi besar yang jauh dari jangkauan," tegasnya.

Janji Kampanye yang Rasional

Dalam penutupan pernyataannya, Pramono menekankan bahwa janji-janji kampanye harus realistis dan didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat. 

Dia mengkritik janji-janji politik yang tidak didukung oleh anggaran atau perencanaan yang jelas.

"Kalau saya bilang insentif RT/RW akan dinaikkan, itu sudah diperhitungkan. Tapi kalau ada yang menjanjikan kenaikan 100 kali lipat, dari mana anggarannya? Janji kampanye harus rasional dan tidak membingungkan rakyat," ujarnya.

Pramono juga menambahkan bahwa jika terpilih, ia tidak hanya akan menjadi gubernur untuk partai yang mendukungnya, tetapi juga untuk seluruh warga Jakarta. 

"Saya akan menjadi gubernur yang bekerja untuk seluruh masyarakat Jakarta, bukan hanya bagi satu kelompok atau partai tertentu," katanya.