Alasan Anak Cak Imin Ikut Aksi Tolak Revisi UU Pilkada di DPR
- Instagram @rahmaarrr
Jakarta, VIVA – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di bawah kepemimpinan Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, secara resmi mengumumkan bahwa mereka bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus).
KIM Plus adalah aliansi politik baru yang mendukung pemerintahan saat ini. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam posisi politik PKB, yang sebelumnya tidak dalam barisan bersama Partai Gerindra, Golkar, PAN, PSI, Demokrat, PBB, Gelora, dan Garuda.
Keputusan ini menuai beragam reaksi di kalangan masyarakat. Banyak pihak, terutama mereka yang mendukung PKB, merasa kecewa dengan keputusan partai ini untuk bergabung dengan pemerintah.
Mereka menganggap langkah ini mengurangi jumlah partai yang akan berfungsi sebagai pengawas dan penyeimbang dalam sistem politik Indonesia. Namun, tak sedikit juga yang mendukung aksi PKB.
Di sisi lain, Rahma Arifa, anak Cak Imin, yang dikenal dengan sikap politiknya yang kritis, terjun langsung ke jalan untuk ikut serta dalam demonstrasi menentang revisi Undang-Undang Pilkada pada Kamis, 22 Agustus 2024 di depan Gedung DPR RI.
Perempuan yang akrab disapa Rara ini menunjukkan sikap pada penolakan terhadap revisi Undang-Undang Pilkada karena beberapa alasan utama.
Peserta aksi seperti Rara khawatir bahwa revisi tersebut dapat mengurangi kualitas demokrasi dan mengurangi partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada), yang akan dilakukan pada 27 November mendatang.
Rara mengaku memahami keputusan ayahnya untuk bergabung dengan KIM Plus, sebagai langkah strategis untuk memastikan PKB mendapatkan posisi yang lebih strategis dalam pemerintahan.
“Aku bisa memahami beban dan alasan kenapa ayahku harus melakukan apa yang ia lakukan,” tulis akun @rahmaarrr di salah satu komentar dalam unggahannya pada Kamis (22/8/2024).
Rara juga menjelaskan bahwa ikut turun ke jalan untuk menolak revisi UU Pilkada karena baginya demonstrasi adalah bentuk perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap menyimpang dari prinsip demokrasi.
Ia merasa bahwa dengan ikut serta dalam aksi tersebut, ia tidak hanya mengekspresikan ketidaksetujuannya, tetapi juga memberikan dukungan moral kepada ayahnya dengan nilai-nilai yang mereka perjuangkan bersama.
“Aku masyarakat sipil biasa, jadi turun adalah caraku melawan dan membantu ayahku. Dia tau juga aku turun,” kata Rara.
Rara mengaku bahwa ayahnya, Cak Imin mengetahui keterlibatannya dalam aksi demonstrasi tersebut. Sehingga hal itu tidak menjadi masalah.