Pemkab Gunungkidul Bikin Program Khusus Merawat Air, Kenapa?

Pemkab Gunungkidul Berupaya Jaga Kelestarian Alam (istimewa)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Cahyo Edi (Yogyakarta)

VIVA – Kabupaten Gunungkidul dikenal sebagai salah satu daerah yang kerap mengalami kekeringan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kekeringan ini tak lepas dari bentang alam di Kabupaten Gunungkidul yang cukup unik karena karakter batuan karst yang menyebar di sebagian besar wilayahnya.

Karakter bentang alam ini membutuhkan program penanganan khusus untuk menjaga kelestarian alam khususnya air. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat berupaya menjaga kelestariannya mulai dari program hingga pelibatan masyarakatnya. 

Kepala DLH Gunungkidul, Antonius Hary Sukmono mengakui adanya kebutuhan program yang khusus dibuat untuk menjaga air di Gunungkidul. Sehingga kuantitas dan kualitas airnya dapat dilestarikan dengan maksimal. 

“Di Gunungkidul ini memiliki karakteristik bentang alam karst di mana karst itu sebagai fungsi hidrologi yang utama di situ ada exocarst, ada endocarst fungsi air yang ada di dalam," ujar Hary.

Pemkab Gunungkidul Berupaya Jaga Kelestarian Alam (istimewa)

Photo :
  • VIVA.co.id/Cahyo Edi (Yogyakarta)

Hary menerangkan keberadaan air di kawasan karst itu terbagi menjadi dua, yakni endocarst kaberadaan air yang ada di bawah tanah dan exocars atau air yang berada di permukaan bumi. 

Air yang berada di bawah permukaan tersebut menjadi sungai bawah tanah yang melalui lorong-lorong bebatuan karst. Sedangkan air di atas permukaan bumi berupa sungai atau telaga. 

"Keberadaan air yang ada di dalam kawasan karst itu, ada yang ada di perut bumi menjadi sungai bawah tanah melalui lorong sungai bawah tanah. Kemudian yang ada di permukaan bumi atau yang di exocars dalam bentuk telaga dan sebagainya,nah ini harus kita upayakan kita jaga keberadaannya,”tutur Hary.

Hary menjabarkan upaya yang harus dilakukan menjadi bagian dari konservasi air dengan kegiatan penghijauan, reboisasi, kemudian juga secara sipil teknis seperti membuat bendungan, memelihara telaga, menjaga sumber air. 

Terkait menjaga kualitas air, keterlibatan masyarakat untuk tidak mencemari air atau sungai baik itu dari kegiatan rumah tangga ataupun kegiatan industri dinilai Hery menjadi hal yang penting dilakukan.

“Berbagai upaya yang harus dilakukan dalam hal ini yakni merawat air, pertama dengan memelihara dan menjaga keberadaan air dan sumber air itu. Kedua adalah menjaga dan memelihara kualitas air tersebut karena ini harus kita lakukan bersama-sama,” ungkap Hary.

Hary juga menambahkan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan tentu Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berupaya merumuskan langkah-langkah yang terkait dengan kebijakan, dalam hal ini pelibatan masyarakat secara aktif dan nyata.

“Maka kita ada program terkait dengan pelibatan masyarakat misalnya Adhi Wiyata, kemudian program kampung iklim, juga ada pemerhati kali dan sebagainya. Ini bagian dari upaya kita bersama masyarakat untuk ikut berperan dan memelihara merawat alam dan lingkungan kita,” imbuh Hary.

Sementara itu, pemerhati Lingkungan yang aktif di Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo memembenarkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Hal itu erat kaitannya dengan apa yang disediakan alam kepada manusia, salah satunya air. 

"Keterkaitannya yaitu take and give antara alam dengan manusia, apa yang diberikan alam kepada manusia, manusia juga mesti memberi ke alam, dengan apa? ya dengan menjaga dan merawat alam," jelas Edi.

Menurut Edi, menjaga kelestarian lingkungan tidak perlu dengan hal-hal yang rumit, cukup sederhana dan mungkin untuk dilakukan, contohnya dengan menanam pohon dan merawat sumber-sumber air di lingkungan masing-masing.

"Kita sederhana saja, setiap hari Minggu kita menanam pohon. Pohon beringin atau sejenisnya mempunyai fungsi sebagai penjaga sumber air atau penyimpan cadangan air bawah tanah," katanya.

Resan Gunungkidul setiap ada kegiatan selalu bersama warga dan komunitas seperti Karang Taruna, Pokdarwis, pemerintah dusun atau desa dan masyarakat sekitar. Hal ini sesuai pola gerakan relawan Resan Gunungkidul, yakni gerakan konservasi berbasis masyarakat. 

Tujuannya adalah, menginisiasi masyarakat agar nantinya menjadi subyek atau pelaku utama konservasi di lingkungan masing-masing.

"Kalau tidak boleh masa iya kita tanami, ya mestinya kita kulonuwun dulu, tapi tidak sedikit juga kita diundang pada acara satu rangkaian dalam upacara adat bersih desa dengan prosesi tanam pohon dan bersih sumber air," kata Edi.

Disebutkan, Resan Gunungkidul sampai saat ini sudah merestorasi sebanyak 17 sumber mata air di Bumi Handayani.

"Kemarin baru saja kita bersama-sama mengembalikan sumber mata air atau biasanya disebut "tuk" did aerah Bogor, Playen. Biasanya sumber mata air itu hilang karena mulai kurang pedulinya masyarakat untuk merawatnya," jelasnya.

Edi menilai salah satu penyebab hilangnya sumber mata air tersebut dikarena tertimbun tanah dan bahkan sampah, karena jarang dibersihkan.

"Melestarikan alam sebenarnya caranya sangat sederhana, tidak perlu harus bisa ini-itu, harus menanam sekian banyak itu. kita rekan-rekan pemerhati lingkungan untuk bibit pohon kita melakukan pembibitan sendiri," kata Edi.

Edi berharap, kedepannya masyarakat sadar untuk menjaga alam dan sumber mata air, menurutnya perawatan sumber air akan lebih efektif jika dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya.

"Menanam pohon itu manfaatnya jangka panjang kedepan, bisa saja 10 sampai 20 tahun baru akan sangat terasa dampak manfaat positifnya. Seperti kita sekarang yang menikmati kemudahan air, karena jasa leluhur kita dulu dalam menjaga pohon atau sumber air," tutup Edi.