Kemenag Sebut Tenda Jemaah Haji di Mina Sudah Padat Sejak Zaman Nabi

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham

Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) menjelaskan bahwa tenda jemaah Haji di Mina, Arab Saudi memang sudah terjadi kepadatan sejak zaman Nabi. Ia pun mengakui Kementerian Agama masih fokus mengurus tenda di Mina agar tetap nyaman ditempati oleh jemaah haji dari Indonesia. 

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Hilman Latief mengatakan salah satu tantangan pihaknya menjadi penyelenggara haji adalah kepadatan tenda di Mina, Arab Saudi.

"Memang di Mina itu lah yang menjadi paling challenging, paling menantang, kepadatannya, kemudian juga luasannya. Nah, luasan Mina ini segitu-gitunya. Dulu pernah diperluas, sampai sekarang juga pernah diperluas," kata Latief di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat pada Senin, 15 Juli 2024.

Jemaah haji memulai awal prosesi haji dari kawasan Mina, Kota Mekah

Photo :
  • spA

Di sisi lain, Latief mengatakan Kerajaan Arab Saudi membagi kawasan Mina menjadi 5 zona untuk jemaah haji. Pembagian zona itu pun, kata dia, baru diberlakukan pada tahun 2024.

"Nah, kami dari Kemenag sudah melakukan telaah terhadap situasi di Mina tersebut dan saat ini Mina dibagi menjadi 5 zona. Kapan itu mulai dibaginya? Tahun ini. Tahun lalu? Tidak ada," kata Latief.

Ia kembali menjelaskan, zona I dan zona II diperuntukkan bagi jemaah khusus yang dikenakan biaya lebih besar.

"Apa reguler bisa di situ? Reguler dan khusus itu hanya masalah layanan, ya bisa, tapi bayarnya mesti jadi mahal sekali, kan gitu. Jadi, di situlah Alhamdulillah proses lempar jumrah jemaah cukup lancar, bisa diatur karena Indonesia dikenal dengan jemaah haji yang paling mudah untuk diatur, proses jumrah lancar," ujar dia.

Sementara zona III, zona IV dan zona V memang zona yang biasa dipakai oleh jemaah haji sejak dulu. "Zona III, IV, dan V. Yang zona III dan IV itu adalah zona yang biasa kita gunakan bertahun-tahun yang jalurnya adalah terowongan untuk melempar jumroh," ujarnya.

Lantas, Latief mengatakan bahwa kepadatan jemaah di tenda Mina sudah terjadi sejak zaman Nabi. Ia pun mengaku mendapat laporan jika tenda di Mina memang kurang sesuai dengan kapasitas.

"Tidurnya katanya berjajar kayak ikan, dari zaman Nabi juga sepeti itu. Jadi berjejer namanya tinggal di tenda, jadi berjejer seperti itu, memang jejerannya rapat. Memang ada tenda yang kapasitasnya kurang sesuai, kami juga dapat laporan di lapangan. Dan Alhamdulilah, beberapa laporan langsung kita intervensi, langsung kita datangi, langsung kita carikan alternatif. Dari mulai awalnya ada tenda di situ kosong, tapi jadi gudang makanan, kita ubah disediakan untuk jemaah agar bisa lebih mengurangi kepadatan," ujarnya.

Namun, Latief mengaku sedang berkoordinasi dengan Pemerintah Arab Saudi untuk mengatasi permasalahan tenda di Mina. Sebab, ukuran tenda tersebut hanya 82 cm per kavling.

"Nah ini yang kemudian kita simulasikan bagaimana agar nanti ke depan kepadatan itu lebih besar diatasi. Kalau padatnya tidak bisa, pasti padat, kecuali masalah kuota berkurang, space-nya ditambah, tapi itu juga tidak mungkin. Karena haji ini kita bersama-sama dengan seluruh dunia, dengan seluruh jemaah negara-negara lain," tuturnya.