10 Juta Gen Z Nganggur, DPR: Ancaman Serius Bonus Demografi

Ilustrasi mencari lowongan pekerjaan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa hampir 10 juta penduduk usia muda yang berusia 15-24 tahun (Gen Z) berstatus menganggur atau tanpa kegiatan atau not in employment, education, and training (NEET).

Adapun secara geografis, anak muda yang paling banyak menganggur justru berada di perkotaan sebanyak 5,2 juta orang, sedangkan di pedesaan 4,6 juta orang.

Wakil ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati menyoroti soal bonus demografi yang tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah.

Fenomena maraknya pengangguran di kalangan Gen Z, sambung Kurniasih, menjadi ancaman serius bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.

ilustrasi nganggur

Photo :
  • Freepik

Bonus demografi sendiri adalah suatu kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif atau usia kerja (15-64 tahun) lebih banyak daripada usia yang tidak produktif (65 tahun ke atas).

"Angka 10 juta pengangguran Gen Z sudah jadi tanda-tanda jika bonus demografis kita tidak terkelola dengan baik," kata Kurniasih seperti yang dilansir dari situs resmi DPR RI.

"Kita sudah menyadari hadirnya bonus demografi, maka di hulu pentingnya pendidikan skill dan di hilir pentingnya terbukanya luas kesempatan kerja," lanjutnya.

Menurut anggota DPR RI dari fraksi PKS itu menyebut, Gen Z semakin kesulitan terlebih biaya pendidikan perguruan tinggi yang semakin mahal dengan adanya kenaikan UKT ditambah syarat batas usia dan pengalaman.

Ia pun membandingkan generasi muda saat ini tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya, harus ada treatment khusus, terutama dari sisi pendidikan maupun dunia kerja.

Yaitu dengan dipermudah lembaga pendidikannya dan skill yang saat ini sedang dibutuhkan, serta berikan kesempatan seluas-luasnya dari pemberi kerja.

Kurniasih juga menyoroti hari ini tren angkatan kerja justru didominasi oleh pekerja informal. Hal ini membuktikan jika adanya angkatan pencari kerja yang membludak namun kesempatan kerja di sektor formal tidak memadai.

"Baru saja viral pencari kerja untuk sebuah warung makan biasa antreannya membludak seperti halnya antrean kerja di pabrik. Ini memprihatinkan karena banyak anak kerja ini tak dapat kesempatan kerja formal sehingga lowongan apapun akan dijalani termasuk sektor informal. Padahal perlindungan pekerja di sektor informal masih sangat lemah," ucap Kurniasih

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah beberapa lalu mengatakan, alasan tingginya angka pengangguran pada kelompok Gen Z lantaran ketidakadaannya kecocokan antara pendidikan dan pelatihan pada kebutuhan pasar kerja.

Menurutnya pengangguran terbanyak datang dari lulusan SMK dan SMA karena ketidaksesuaian dengan lapangan pekerjaan.