Santri di Lamongan Diduga Diikat dan Dibanting, Begini Faktanya

Ilustrasi santri
Sumber :
  • VIVA / Dani (Bekasi)

Lamongan – Seorang santri berinisial AKA (13 tahun) yang belajar di Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, diduga menjadi korban penganiayaan oleh tiga temannya di pesantren tersebut. Tangan dan kaki korban disebut diikat, tubuhnya lalu diangkat dan dibanting. Pihak pesantren membantah dan menyebut semua itu bermula dari guyonan antara korban dan tiga temannya.

Kasus itu mencuat setelah orang tua korban melaporkan kasus tersebut ke Kepolisian Resor Lamongan pada Kamis, 9 Mei 2024, lalu. berdasarkan keterangan dari Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lamongan Ajun Komisaris Polisi I Made Suryadinata kepada wartawan, peristiwa dugaan penganiayaan itu terjadi pada Minggu, 5 Mei 2024, sekitar pukul 21.00 WIB.

Santri musiman mengaji kitab kuning. Foto ilustrasi.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Saat itu, kata Suryadinata, korban dan teman-temannya mengobrol di dalam kamar. Korban kala itu tidur-tiduran dengan posisi miring ke kiri. Tiba-tiba, teman-teman korban menjerat kakinya dengan tali Pramuka. “Korban diikat oleh tiga temannya,” katanya pada Jumat, 10 Mei 2024 lalu.

Tak hanya kaki, tangan korban juga diikat dengan tali berwarna biru. Setelah itu, lanjut Suryadinata, tubuh korban kemudian diangkat setinggi bahu. Tubuh korban kemudian dilepas oleh tiga temannya sehingga jatuh ke lantai. Akibatnya, korban tak sadarkan diri.

Suryadinata mengaku bahwa pihaknya menindaklanjuti laporan tersebut. Penyelidikan dilakukan. “Dan memeriksa saksi-saksi atas kejadian ini dengan memeriksa dua orang saksi dan orang tua korban,” tandasnya.

Pihak Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar akhirnya buka suara. Pengurus pesantren tersebut, Abdulloh Faqih, menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi setelah para santri, termasuk korban dan tiga temannya yang dilaporkan, selesai mengikuti kegiatan hafalan Alquran atau tahfidz di lantai 4 salah satu gedung pesantren tersebut.

Selesai mengikuti kegiatan, korban dan tiga temannya lalu bercanda di kamar yang berada di dekat lokasi kegiatan. Bisa jadi cara bercanda mereka keterlaluan. Tangan korban diikat lalu tubuhnya diangkat.

Faqih membantah narasi ‘dibanting’ sebagaimana beredar. “Posisinya korban ini diangkat bertiga, lalu jatuh begitu saja,” katanya kepada wartawan pada Minggu kemarin dikutip VIVA pada Senin, 13 Mei 2024.

Faqih tidak tahu muasal narasi ‘dibanting’ mencuat. Padahal, berdasarkan keterangan korban dan 3 temannya, semuanya hanya bercanda. "Ketiga santri dan juga korban yang bersangkutan sudah ditanyai. Kejadian tersebut bisa terjadi disebabkan lantaran guyonan," tandasnya.

Ilustrasi Pesantren.

Photo :
  • VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

Setelah kejadian, korban juga sadar dan bisa berjalan, kendati terlihat lemas. Itu didasarkan pada rekaman video CCTV yang menunjukkan korban berjalan dari atas ke lantai dasar gedung, lalu menemui salah satu pembina pesantren.

“Lalu dia dibawa ke faskes (klinik) di dekatnya pondok pesantren,” ucap Faqih.

Selesai diperiksa, pihak klinik menyampaikan bahwa kondisi korban tidak apa-apa. Setelah itu, orang tua korban kemudian dipanggil untuk mendengarkan secara langsung peristiwa tersebut.