3 Bantahan BMKG Angin Kencang di Bandung dan Sumedang Bukan Tornado
- Ist
Bandung – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung menyampaikan bahwa fenomena angin kencang yang terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pada Rabu, 21 Februari 2024, bukan tornado, melainkan angin puting beliung.
Penegasan BMKG ini sekaligus membantah penjelasan Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin yang menyebut fenomena angin dahsyat yang meluluhlantahkan bangunan di Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang bukan angin puting beliung, tapi angin tornado.
1. Kecepatan Angin Kurang dari 70 Km/Jam
Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung BMKG Teguh Rahayu menjelaskan bahwa fenomena angin puting beliung memiliki skala kekuatan berputar dengan kecepatan kurang dari 70 kilometer per jam.
"Sedangkan untuk fenomena tornado kecepatan angin lebih dari 70 kilometer per jam. Kejadian kemarin sore, kecepatan angin tercatat di automatic weather station (AWS) Jatinagor sebesar 36,8 kilometer per jam," kata Teguh di Bandung, Kamis.
Dia mengatakan angin puting beliung terbentuk dari sistem awan cumulonimbus yang memiliki karakteristik akan menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem.
"Fenomena tornado di perairan dan itu bisa dilihat dari radar. Sedangkan puting beliung yang bisa kita lihat adalah pertumbuhan awan cumulonimbus nya," kata dia.
2. Durasi Singkat
Menurut Teguh, kejadian angin puting beliung dapat terjadi dalam periode waktu yang singkat dengan durasi kejadian umumnya kurang dari 10 menit, tidak seperti tornado yang berlangsung lama dan dampaknya dahsyat.
Meskipun begitu, penyebab terjadinya puting beliung belum tentu setiap ada awan cumulonimbus dapat terjadi fenomena puting beliung.
"Pertumbuhan awan cumulonimbus kan pasti dia pemicu akan terjadinya hujan. Dan salah satu dampak dari cuaca ekstrem ya puting beliung ini,” katanya.
3. Dampaknya Tak Sampai 10 Kilometer
Lebih lanjut, Teguh mengatakan tornado sendiri memiliki intensitas lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan kilometer per jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer.
"Kalau tornado pasti dampaknya lebih dari 10 kilometer, sedangkan kejadian kemarin saya rasa hanya 3 sampai 5 kilometer dampaknya," kata Teguh.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan menambahkan diameter puting beliung yang melanda Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terlalu kecil untuk disebut tornado karena cakupannya tak sampai 10 kilometer.
"Tornado di Amerika Serikat biasanya melibatkan tiga sampai empat kota, seperti Mississippi, California, dan New Orleans kena semua. Sedangkan, (puting beliung di Bandung) hanya Rancaekek yang diameternya kurang dari 10 kilometer," ujarnya dilansir Antara.
Eddy menuturkan selain cakupan wilayah yang tergolong sempit, angin kencang berputar di Bandung juga memiliki kecepatan yang rendah sekitar 50 sampai 70 kilometer per jam.
Menurutnya, bencana angin kencang berputar baru bisa dikatakan tornado apabila memiliki kecepatan angin menembus angka 120 kilometer per jam.