Cerita Jenderal Soemitro, Sempat Diramal Boneka Jelangkung dan Jadi Kenyataan
- Youtube
Jakarta – Dunia militer Indonesia tampaknya tidak akan pernah lupa dengan sosok Jenderal Purnawirawan Soemitro Sastrodihardjo yang memiliki kisah unik di masa kecil. Bergelut di bidang militer, Jenderal Soemitro rupanya sempat bermain jelangkung ketika masih kecil.
Menariknya, isyarat yang didapatkan dari permainan tersebut ternyata berhasil dicapainya yaitu menjadi seorang jenderal di lingkungan TNI. Pria kelahiran Sebaung, Gending, Probolinggo, Jawa Timur pada 13 Januari 1927 itu ternyata sempat bercita-cita menjadi insinyur.
Namun, jalan kehidupan yang dijalani Jenderal Soemitro membawa dirinya masuk ke ranah militer. Soemitro bahkan memiliki karier cemerlang sebagai anggota TNI sampai pensiun menjadi jenderal bintang empat yang dipangku di pundaknya.
Jabatan terakhir yang yang diemban Soemitro adalah Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI (sekarang TNI). Kisahnya diceritakan dalam sebuah buku berjudul “Soemitro: dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib”.
Pada saat itu, diceritakan Soemitro berusia 15 tahun, ia dan teman pondokan di Surabaya, Gatot Supangkat, iseng bermain jelangkung. Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Soemitro adalah mengenai masa depan dirinya.
Dengan ajaib, boneka jelangkung bermuatan arwah tersebut kemudian menuliskan huruf ‘MAJOR’. Benar saja, Soemitro lantas tidak menggapai cita-citanya sebagai insinyur, melainkan ia menempuh pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Awal mula sang jenderal masuk ke dunia militer adalah menjadi seorang anggota dari Pembela Tanah Air (PETA), sebuah organisasi paramiliter yang dibentuk oleh para penjajah Jepang. Soemitro kemudian mengikuti pendidikan perwira di Bogor dan dikenal cukup nakal.
Kenakalan Soemitro muncul karena ia sering minggat dari asrama untuk mencari makan di dapur atau kamar instruktur. Sampai akhirnya, Soemitro menduduki pangkat sebagai jenderal bintang empat di lingkungan TNI.
Sebelumnya, ia sempat menduduki jabatan strategis seperti Pangdam IX/Mulawarman (1964-1965), Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (1971-1974), dan Wakil Panglima ABRI (1973-1974), dan lainnya.
Namun, ia mundur usai pecahnya peristiwa Malari. Soemitro pun akhirnya memilih pensiun dengan gelar Jenderal, melewati pangkat Mayor yang sempat diramalkan oleh jelangkung.