Kisah Masa Kecil 3 Calon Presiden RI 2024
- Kolase/Instagram
VIVA – Kisah masa kecil adalah salah satu kunci yang membuka pintu menuju inspirasi besar. Dalam perjalanan hidup dari tiga bakal calon presiden (capres) Indonesia, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, memiliki kisah masa kecil yang menarik dan menginspirasi.
Dari kehidupan sederhana hingga perjuangan untuk menggapai ilmu di tengah keterbatasan, kisah masa kecil ketiga calon presiden ini menarik untuk dikulik. Berikut ini kisah masa kecil ketiga calon presiden, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Anies Baswedan
Anies Baswedan menjalani kehidupan masa kecilnya di Yogyakarta. Ia bersekolah di TK Masjid Syuhada Yogyakarta. Menurut sang ibu, Anies kecil yang pada saat itu masih berusia 3 tahun sudah minta untuk sekolah.
“Minta sekolah karena liat orang-orang, anak-anak berangkat sekolah dia ingin sekolah,” ungkap sang ibu dalam program Satu Jam Lebih Dekat tvOne yang dikutip pada Jumat, 20 Oktober 2023.
Saat kecil, Anies tinggal di rumah kakeknya di Taman Yuwono, tempatnya bertumbuh kembang. Sehingga rumah sang kakek menjadi sangat bersejarah bagi dirinya.
“Di tempat inilah cerita soal saya banyak berkelahi, saat TK juga masih di sini dan ini adalah rumah tempat saya bertumbuh kembang awal, rumah ini sangat bersejarah sekali,” kata Anies di acara yang sama.
Saat usia SD kelas 5, Anies Baswedan juga pernah membentuk sebuah kelompok dengan teman-teman sekolah dan rumahnya. Kelompok tersebut diberi nama ‘Kelompok Anak Berkembang’ atau disingkat ‘Kelabang’.
“Waktu itu membentuk kayak club anak-anak gitu namanya ‘kelompok anak berkembang’ kita singkat ‘kelabang’. Saya inisiatornya,” katanya lagi bercerita.
Sementara itu, dalam program lain, SPB tvOne, Anies juga mengaku suka berkelahi saat kecil. Bahkan, ibunya kerap kali dipanggil ke sekolah karena kenakalannya tersebut.
“Saya di sekolah itu suka berantem, sampe ibu saya sering dipanggil ke sekolah, terus sampe ibu pernah bilang, ‘udah Anies jadi petinju aja kamu’,” tandasnya.
Prabowo Subianto
Pada masa kecilnya, Prabowo Subianto tinggal di luar negeri dan harus selalu berpindah-pindah karena ayahnya Soemitro Djojohadikusumo tergabung dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Semesta (Permesta).
Saat tinggal di luar negeri, Prabowo sempat menjadi minoritas di sekolahnya karena satu-satunya orang yang bukan kulit putih. Namun, pengalaman pahit menjadi minoritas itu justru mendidik dan menjadi pelajaran berharga.
“Saya satu-satunya orang yang bukan kulit putih, bagi saya itu suatu pengalaman yang sangat mendidik, sangat berharga,” ungkap Prabowo dalam wawancara eksklusif yang tayang di YouTube Gerindra TV.
“(tahun) 50-60 masih rasa superioritas daripada bangsa kulit putih itu sangat tinggi bangsa Barat. Jadi, di sekolah saya sering dihina, saya selalu kelompok minoritas. Jadi saya udah biasa di tengah (itu) dan saya bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang minoritas. Itu salah satu yang membentuk saya, mungkin rasionalisme saya terbentuk di situ selama sekolah,” lanjutnya menceritakan kisah masa kecil dan perjalanan hidupnya.
Sejak kecil, Prabowo juga memang sudah memiliki keinginan untuk menjadi tentara karena rekam jejak keluarganya yang selalu berkaitan dengan perjuangan dan kepahlawanan.
“Karena tahun 50-an itu masih penuh heroisme ya, saya dari kecil memang ingin jadi tentara. Jadi kalo saya main itu ya main kelompok-kelompok saya selalu sebagai pemimpin kelompok,” tandasnya.
Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo terlahir dari keluarga yang sederhana dan masa kecilnya dihabiskan di Lereng Gunung Lawu bernama Tawamangu. Meski sang ayah, Parmudji Pramudi Wiryo adalah seorang polisi berpangkat sersan, namun hidupnya sederhana dan bahkan memiliki banyak utang.
Capres dari Partai PDI Perjuangan ini adakah anak ke-5 dari 6 bersaudara. Keluarganya sempat tinggal di kontrakkan sebelum akhirnya memiliki rumah sendiri. Pada saat itu, orang tuanya membiayai anak-anaknya dengan menjual bensin eceran. Ganjar pun juga membantu menjual bensin eceran tersebut.
“Jadi saya kalo pulang sekolah suruh kulakan (jualan bensin). Dulu ya diejek, malu, tapi hari ini wah kita jadi bangga banget rasanya,” kata Ganjar saat berbincang bersama Anang dan Ashanty.