Viral Ribuan Ikan Naik ke Daratan, Warga Panen Ikan Sepuasnya
- Jo Kenaru/Manggarai-NTT
Nusa Tenggara Timur - Pantai Wae Koe Iteng di Satarmese Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur (NTT) diserbu warga menyusul terjadinya fenomena ribuan ikan naik ke daratan. Peristiwa ini terjadi sejak Senin pagi, 4 September 2023.
Dalam video yang sedang viral, ratusan warga sibuk memasukkan ikan yang masih hidup ke dalam ember-ember dan karung. Saking banyaknya, ikan yang disebut berjenis lemuru itu bertebaran di sepanjang pantai sekitar mulut muara Wae Koe.
Terdengar warga yang merekam fenomena tersebut bahkan mengajak semua orang untuk bergerak ke Wae Koe sebelum air laut pasang.
Heron, warga Iteng yang dihubungi membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, ia baru menyaksikan peristiwa langka di mana ribuan ikan pada naik ke daratan.
Heron menuturkan, dia dan warga lainnya mengetahui hal tersebut sekitar pukul 06.00 WITA saat air laut mulai surut. Alhasil kabar ikan naik ke daratan dengan cepat tersiar sehingga bukan hanya warga Iteng yang mengepung Wae Koe tapi juga warga yang datang dari jauh. Warga yang datang berbondong-bondong memanen ikan sepuasnya.
"Ini baru saya saksikan ikan-ikan sebesar jari saya penuh di pinggir pantai semacam lautan ikan betul. Saya dan istri sampai capeh memasukkan ikan ke dalam karung-karung. Ikan ini lebih besar dari ukuran lure. Sampai siang ini masih terus bermunculan ikan yang terbawa gelombang. Saya dan istri panen 5 baskom besar tambah 5 karung lagi," ungkap Hamdan yang dihubungi Kamis siang.
Dia bilang, aktivitas memungut ikan baru berhenti saat air naik.
"Sekarang kan air sudah naik tapi masih banyak ikan yang terbawa arus ke pinggir. Beda tadi waktu air surut itu semacam lautan ikan di sini. Yang jelas peristiwa semacam ini baru terjadi dan rejeki untuk kami," ujarnya.
Fenomena biasa ikan terjebak di muara
Peristiwa semacam ini untuk nelayan setempat ternyata sudah sering terjadi tapi kali ini jumlah ikannya jauh lebih besar .
Seperti dijelaskan Kepala Desa Legu, Andi Alan Suwandi yang menyebut saat ini di wilayah itu memang lagi musimnya ikan tembang dan lemuru. Ikan jenis ini kata dia, pada saat bulan sedang terang penuh kerap bermigrasi ke pinggiran.
Kades 28 tahun yang juga merangkap sebagai nelayan ini menjelaskan, ikan-ikan yang bermigrasi karena bulan terang memancing predator ke permukaan membuat gerombolan ikan-ikan kecil terdesak ke muara Wae Koe.
"Biasanya bulan terang air naik. Kami selama bulan terang selalu turun sauh ikan-ikan yang bergerombol. Ini ikan-ikan jenis tembang yang lebih besar dari teri. Tiap malam kami tangkap terus ikan pakai jaring dan jumlahnya banyak," ungkap Kades Andi kepada VIVA, Kamis (4/9/2023).
"Biasanya ikan jenis ini naik ke pinggir pada malam hari waktu terang. Banyak juga ikan besar yang mau mangsa ikan kecil termasuk hiu sehingga ikan kecil masuk muara. Ini ikan kan tidak tahan dengan air payau nah begitu tadi pagi air laut surut ikan-ikan terjebak di kaki muara yang tinggal selutut," sebutnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pada saat air surut di kaki muara tersisa hanya kolam-kolam air payau yang menjebak pergerakan ribuan ikan sehingga tidak bisa kembali ke lautan.
"Begitulah ceritanya kaka. Memang kali ini ikan yang terjebak di muara banyak sekali. Ikan yang masuk seperti sama ukuran muara Wae Koe. Sehingga gampang saja masyarakat cedok. Ada yang sampai 17 box bahkan tadi saya lihat tampung langsung di mobil pick up," tutur dia.
Spekulasi tanda tsunami, begini respons BMKG
Beragam spekulasi yang mengaitkan 'lautan' ikan di Wae Koe dengan fenomena aneh di dalam lautan. Ada yang bilang kemungkinan terjadi letusan gunung di dasar laut, ada pula pendapat yang bilang itu sebagai tanda-tanda tsunami.
Kepala BMKG Stasiun Frans Sales Lega Ruteng, Decky Irmawan menjelaskan fenomena tersebut tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang dispekulasikan.
Menurutnya, peristiwa tersebut erat kaitan dengan kondisi air laut yang memaksa ikan-ikan kecil naik ke permukaan dan mengikuti gelombang ke tepian.
"Penyebabnya bisa karena upwelling atau kenaikan arus bawah laut ke permukaan di sekitar wilayah tersebut, sehingga ikan-ikan yang di bagian bawah terangkat. Bisa juga karena migrasi ikan mencari suhu air laut yang lebih sesuai dengan habitat mereka," terang Decky ketika dihubungi terpisah.
"Untuk isu tsunami jelas hoax. Tsunami terjadi sebagai akibat dari gempa yang kuat dan pusat gempanya dangkal yang bersumber di laut. Saat ini belum ada teknologi memperkirakan gempa," kata Decky lagi. (Jo Kenaru/Manggarai-NTT)