Jauh dari Target, Baru 34 Persen UMKM Indonesia yang Gabung ke Ekosistem Digital
- VIVA: Surya Aditiya
Solo – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki Mengungkap baru 22 juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terhubung ke ekosistem digital dari target 30 juta di 2024 mendatang.
“Jumlah tersebut 34 persen dari keseluruhan UMKM di indonesia,” ujar Teten dalam acara Hari UMKM Nasional di Puro Mangkunegaran, Solo Sabtu, 12 Agustus 2023.
Teten mengajak para UMKM untuk mulai masuk ke dalam ekosistem digital, agar pasar digital tidak hanya diisi oleh produk-produk yang dikirim dari luar negeri. “Kami harus mendorong kebijakan ini agar semua produk UMKM lokal dan konsumen kita terlindungi,” kata dia
Untuk mencegah peredaran produk dari luar negeri terus bertambah, pemerintah mewajibkan seluruh produk harus mencantumkan keterangan negara asal, label halal dan keterangan lain berbahasa Indonesia.
“Produk dari produsen luar negeri ke konsumen dalam negeri, ini harus kita batasi, jangan sampai ada predatory pricing, karena itu kita usulkan minimum 100 dolar yang boleh masuk ke Indonesia,” ungkap Teten
“Presiden sudah menyampaikan, produk produk yang sudah bisa kita bikin, kita gak perlu lagi impor. hal-hal itu penting untuk kita lakukan saat ini,” sambungnya
Lebih lanjut, Teten mengungkap Presiden Jokowi berpesan untuk melibatkan UMKM dan Koperasi dalam kontrak hilirisasi nasional, agar para UMKM tidak hanya mengekspor barang mentah ke luar negeri.
“Presiden tidak ingin kita ekspor barang mentah atau barang setengah jadi lagi, tapi harus barang jadi atau barang setengah jadi yang memiliki nilai tambah, dan UMKM kita harus mampu memproduksi produk-produk substitusi impor,” ungkapnya
“Pemerintah sudah menerapkan substitusi impor untuk belanja pemerintah, yakni sebanyak 40 persen APBN dan APBD harus membeli produk lokal. Kebijakan ini akan konsisten dilaksanakan untuk mendorong investor luar negeri untuk investasi di tanah air,” sambungnya
Untuk mensukseskan program ini, Teten meminta kepada kepala daerah untuk mengkaji keunggulan domestik masing-masing daerahnya, seperti hasil pertanian, perkebunan atau hasil laut untuk dilakukan pelatihan.
“Gak boleh lagi cuma ekspor bahan mentahnya, kita harus olah!” imbuhnya
Program ini, kata Teten, diharap dapat meningkatkan lapangan pekerjaan untuk menuju negara maju, dari yang semula pendapatan perkapita hanya 4500 USD menjadi 12.000 USD di 2045 mendatang.