Bahan Bakar Sampah dari Bantar Gebang Gantikan Batu Bara untuk Produksi Semen

Ilustrasi truk sampah.
Sumber :
  • ANTARA/Risky Andrianto

Bogor – Mengurangi sampah melalui industri menjadi solusi mengatasi keterbatasan lahan sampah, terutama di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang di Bekasi, Jawa Barat, yang sudah menggunung. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, produsen Semen Tiga Roda dan Semen Rajawali, berambisi menjadikan ratusan ton sampah per hari sebagai bahan pengganti batu bara industri demi menjadi perusahan hijau.

Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya, mengatakan, perusahaannya menandatangani perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggunakan teknologi refuse derived fuel (RDF) yang diproduksi oleh TPST Bantar Gebang sebanyak 625 ton per hari. Sampah itu sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara.

Memulai proyek pemasangan solar panel di Citeureup dan Tarjun, Indocement menerbitkan Road Map Alternative Fuel Achievement dengan target konsumsi bahan bakar alternatif mencapai lebih dari 40 persen pada tahun 2030, gerakan #Trashback, Sedekah Sampah, dan penanaman pohon.

Sejumlah karyawan dengan latar belakang pabrik semen Indocement di Bogor, Jawa B

Photo :
  • VIVA/Muhammad AR

"Dalam menggunakan refuse-derived fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar fosil (batu bara) dalam proses produksi semen serta penggunaan berbagai bahan baku alternatif lainnya, sejalan dengan our new purpose, yaitu 'Material to Build Our Future', ujar Christian, di Bogor, Jawa Barat, Selasa, 8 Agustus 2023.

Mengusung tema 'Together We Build a Greener Future' pada perayaan 48 tahun, dia mengatakan, itu mencerminkan gambaran bahwa segala aktivitas yang dilakukan selalu memperhatikan faktor lingkungan. Hal itu patut dibanggakan sebagai salah satu pabrikan semen pertama yang memperkenalkan berbagai inisiatif break-through dalam berbagai produk dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan.

"Seperti memperkenalkan semen tipe Portland pozzolan cement (PPC) dan semen tipe Portland composite cement (PCC) dalam kemasan kantong, semen slag dan hidraulis dalam bentuk semen curah, beragam inisiatif hijau lain yang dilakukan Indocement adalah pengelolaan bahan bakar sampah," katanya.

Christian menyampaikan, Indocement saat ini memiliki 13 pabrik semen serta menyewa 2 pabrik semen di Maros, Sulawesi Selatan. Dan merupakan salah satu pabrikan semen yang paling modern dan dioperasikan dengan
teknologi terkini di Indonesia.

Ilustrasi sampah.

Photo :
  • VIVA.co.id/Hari Fauzan

Indocement sebagai bagian dari Heidelberg Materials juga berperan aktif dalam merintis dekarbonisasi pada sektor semen dan beton siap-pakai demi tercapainya target Net Zero Emissions pada 2060. Upaya-upaya tersebut merupakan bentuk komitmen dan bukti nyata pelaksanaan prinsip Environment, Social and Governance (ESG) pada operasional Indocement.

“Indocement akan terus mendukung beragam program pembangunan pemerintah, menyediakan bahan bangunan yang ramah lingkungan serta terus mendorong penerapan operasional industri yang lebih hijau,” kata Christian.

Pabrik Indocement didirikan dan mulai beroperasi pada tahun 1975, produsen semen di Indonesia yang memproduksi Semen Tiga Roda dan Semen Rajawali. Saat ini Indocement dan entitas anak perusahaannya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai usaha inti) dan beton siap-pakai, serta tambang agregat dan trass, dengan jumlah karyawan sekitar 3.400 orang. Indocement mempunyai 13 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 25,5 juta ton semen.

Sepuluh pabrik berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa Barat; dan satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pada 2022, Indocement telah menandatangani Perjanjian Sewa Pakai Aset dengan PT Semen Bosowa Maros dan PT Bosowa Corporindo. Heidelberg Materials telah menjadi pemegang saham mayoritas Indocement sejak 2001.