Pegiat Lingkungan Sebut Penggunaan Ulang Kemasan Kurangi Emisi Karbon hingga 54 Persen
- Dok. Komunitas GUA
Bandung – Praktik guna ulang (reuse) barang dan wadah atau kemasan berdampak positif bagi lingkungan. Bukan hanya mengurangi volume sampah, hal itu juga memungkinkan produk dimanfaatkan secara maksimal, mencegah polusi dan menghemat energi.
Demikian disampaikan pegiat persampahan dari Ikatan Alumni Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Hanifah Nurawaliah. “Penggunaan reuseable packaging bisa mengurangi 54 persen emisi karbon,” ujar Hanifah dalam diskusi yang digelar Komunitas Guna Ulang Aja (GUA) dikutip Senin, 31 Juli 2023.
Hanifah memaparkan sederet dampak positif gaya hidup guna ulang, mulai dari aspek lingkungan sampai ekonomi. Menurut dia, hasil berbagai kajian menunjukkan, penggunaan kembali barang dan kemasan juga dapat mengurangi gas rumah kaca yang memicu terjadinya perubahan iklim.
Menurut dia, memakai atau menggunakan kembali barang dan kemasan atau wadah mendukung prinsip keberlanjutan, memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi mendatang.
“Bumi ini akan kita wariskan ke generasi mendatang, anak-anak muda Gen Z harus bangga menggunakan barang -barang reuse,” ujarnya.
Dalam praktiknya tak mudah menerapkan praktik guna ulang karena saat ini konsumen dimanjakan dengan melimpahnya aneka produk dengan kemasan yang tak bisa dipakai kembali.
“Zaman dulu kita menerapkan guna ulang karena banyak produk yang dikemas dalam botol kaca,” kata Ichsan Mulia, pendiri perusahaan penyedia stasiun air minum isi ulang dengan menggunakan dispenser, Izifill.
Tetapi, menurut Ichsan, belakangan terjadi trend di kalangan kaum muda untuk menggunakan wadah yang bisa dipakai berulang-ulang, misalnya tumbler. Dia menuturkan, Izifill didirikan untuk merespons hal itu. “Mereka membawa tumbler, kalau tidak ada stasiun pengisian airnya, terus bagaimana,” kata dia.
Koordinator Komunitas Guna Ulang Aja (GUA) Muhammad Farhan Rizky mengatakan, komunitas yang dipimpinnya berdiri pada Maret 2023, fokus pada kampanye dan edukasi pengurangan sampah melalui praktik guna ulang.
“Karena faktanya kondisi persampahan kita cukup menyedihkan. Pada tahun 2022 lalu misalnya, produksi sampah nasional mencapai 69 juta ton, hanya 74 persen saja yang terkelola. Sementara masyarakat Kota Bandung memproduksi sekitar 1.500 tom sampah per hari,” katanya.
Pejabat Fungsional Penyuluh Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Dedy Dharmawan menyatakan, pihaknya mendukung upaya pengurangan sampah melalui reuse.
“Reuse harus terus berjalan. Semua metode (reduce, reuse, recycle) harus berjalan. Semua pihak harus bergerak. Penerapan metode pengelolaan sampah tidak harus dibanding-bandingkan,” kata Dedy.