Tiga Desa Terpencil di Kutai Timur Kaltim Perlu Pembangunan Sekolah SMA

Kepala Desa Tepian Rerap, Eko Sutrisno
Sumber :
  • Jhovanda (Kalimantan Timur)

Kutai Timur - Masyarakat di pedalaman Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), tepatnya di tiga desa di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengeluhkan fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tak kunjung ada.

Mereka harus mengeluarkan biaya yang besar untuk menyekolahkan anak - anak mereka di pusat kecamatan dengan jarak tempuh ratusan kilo meter. Masing-masing desa adalah Tepian Terap, Desa Pelawan dan Desa Mandu Dalam.

Kepala Desa Tepian Terap, Eko Sutrisno menyebut kebutuhan SMA di wilayah mereka sangat mendesak. Banyak kepala keluarga yang mengadu tidak sanggup membiayai sekolah anak - anaknya karena membutuhkan biaya besar.

"Tidak semua ekonomi warga desa itu cukup. Ada yang kurang bahkan minim. Untuk biaya 1 anak, menghabiskan jutaan rupiah karena harus pindah ke pusat kota," ujarnya, Rabu (5/7/2023).

Kepala Desa Tepian Rerap, Eko Sutrisno

Photo :
  • Jhovanda (Kalimantan Timur)

Dijelaskan dia, jarak tempuh dari pedalaman menuju pusat kota membutuhkan waktu 5 sampai 6 jam. Para pelajar tidak mungkin menempuh perjalanan pulang pergi untuk sekolah.

Akses menuju pusat kecamatan juga tidak lancar. Selain jalanan yang tidak rata, masih banyak juga ditemukan jalan yang belum beraspal dan dikelilingi hutan serta perkebunan sawit.

"Harus diakui, kondisi jalan di desa kami itu masih sangat rusak. Belum lagi, sisi jalan yang kadang terdapat jurang dan melewati hutan belantara. Kasihan anak - anak kalau mau PP," imbuhnya.

Eko sudah sering mengusulkan pembangunan SMA di desanya. Sekolah tersebut disiapkan untuk anak - anak di tiga desa tersebut. Eko bahkan telah menyiapkan fasilitas sesuai persyaratan pembangunan sekolah.

"Saya sudah siapkan lahan sekolah lengkap bersertifikat. Air bersih dan penerangan sudah disuplai dari PLMH Bumdes kami," ujarnya.

Selain itu, kata dia, jumlah penduduk di tiga desa itu sudah cukup untuk membangun sekolah.

"Dari tiga desa ini, jumlah penduduknya mencapai 3000 lebih. Banyak sekali anak - anak yang menunggu pembangunan sekolah di tempat kami. Ditambah lagi jumlah pekerja pendatang, makin banyak anak yang butuh sekolah," jelasnya.

Dia berharap ada perhatian dari Pemerintah Provinsi untuk membangun SMA Negeri di wilayah mereka. Sebagai desa terpencil, kebutuhan fasilitas pendidikan menjadi fokus utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkependidikan.

"Kami butuh sekolah, tolong pemerintah melihat ini. Kami akan cetak SDM yang berkuakitas dengan pendidikan. Jangan sampai anak - anak di desa terpencil, putus sekolah karena tidak ada sekolah yang bisa dituju," pungkasnya.