Pj Bupati Sorong: Otsus Tak Jatuh dari Langit tapi Melalui Perjuangan Panjang
- istimewa
Sorong - Pemerintah Kabupaten Sorong melakukan sosialisasi Undang-Undang nomor 2 Tahun 2021 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus atau otsus bagi Papua. Sosialisasi dilakukan dalam rangka memeriahkan HUT ke-56 Kabupaten Sorong.
Pj Bupati Sorong Yan Piet Mosso menjelaskan dengan sosialisasi ini diharapkan untuk bisa mengenang perjuangan yang dilakukan para sesepuh pemimpin sebelumnya. Ia bilang jelang usia yang ke-56, Sorong merupakan kabupaten tertua setelah Kabupaten manokwari dan Fak-fak.
"Yang mana Kabupaten Sorong telah menjadi ibu yang melahirkan 5 Kabupaten, mulai dari Kota Sorong, Kabupaten Maybrat, Tambrauw dan raja ampat yang menjadi embrio dari Kabupaten Sorong," kata Mosso dikutip pada Selasa, 13 Juni 2023.
Dia menambahkan dengan sosialisasi Undang-Undang nomor 2 Tahun 2021 juga untuk mengenang perjuangan perjalanan para pemimpin dalam memperjuangkan kesejahteraan Papua salah satunya lewat otsus.
Mosso mengatakan otsus sebagai perjuangan panjang dari para pendahulu demi kebaikan Papua ke depan. "Kitab suci otonomi khusus ini tidak jatuh dari langit, tapi otonomi khusus ini melalui perjuangan yang panjang," lanjut Mosso.
"Sehingga adanya otsus hari ini menjadi hasil dari para pendahulu kita, oleh karena itu kita tetap mengenang dan menjaga terus otsus hari ini," ujarnya.
Sorong Rumah Kebhinekaan
Selain sosialisasi UU No 2 tahun 2001 tentang Otsus, dalam kesempatan itu juga disertai dengan melaunching buku Kabupaten Sorong sebagai Rumah Kebhinekaan Rumah Pancasila. Momen itu ditandai dengan resmi dirilisnya Buku Kabupaten Sorong Rumah Kebinekaan.
Mosso mengatakan, buku yang dilaunching itu merupakan buku istimewa yang isinya menggambarkan Kabupaten Sorong sebagai role model pemerintahan yang majemuk dan harmoni. Sorong juga dianggap sebagai miniatur cahaya Indonesia yang terbit dari ufuk timur.
Dia menekankan Sorong sebagai kabupaten induk yang telah melahirkan satu kota dan empat kabupaten. Dia bilang Sorong begitu sangat terbuka bisa menerima semua orang dengan latar belakang kebudayaan, suku dan bahasa yang berbeda-beda dari Sabang sampai Merauke.
Mosso menambahkan selama 56 tahun, Kabupaten Sorong telah menerima semua proses perubahan yang terjadi dalam sejarah dan peradaban. "Hingga hari ini Kabupaten Sorong membuat kita mampu merasakan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai kebhinekaan menjadi bagian dari kehidupan,” tutur Mosso.
Kemudian, tak hanya perbedaan latar belakang budaya, tapi Sorong juga dihuni masyarakat dengan latar belakang keyakinan yang berbeda.
“Bahkan kita memiliki Kampung kerukunan yang di kawasan tersebut dihuni oleh masyarakat dengan 5 keyakinan berbeda namun kehidupan di sana tetap rukun dan harmoni,” jelas Mosso