Cerita Megawati Punya Akses Special Envoy, Bebas Keluar Masuk Korea Utara

Megawati Soekarnoputri Menanam Pohon di Jeju, Korea Selatan
Sumber :
  • PDI Perjuangan

Jakarta –  Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarno mengatakan, dirinya memiliki akses 'special envoy', yang bisa bebas keluar masuk Korea Utara dan Korea Selatan. 

Hal tersebut diungkap Megawati pada acara penandatanganan MoU antara BRIN dan LPP TVRI di Jakarta.

"Saya ini masih sampai hari ini dijadikan oleh dua negara, Korea Utara (Korut) sama Korea Selatan (Korsel) itu sebagai special envoy, jadi saya bisa masuk Korut saya bisa ke Korsel bisa balik lagi ke Korut," kata Megawati di Jakarta, Senin, 12 Juni 2023.

Diketahui special envoy merupakan orang yang mewakili organisasi internasional atau negara berdasarkan mandat yang bersifat sementara, layaknya perwakilan khusus.

Megawati Soekarnoputri

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Special Envoy itu merupakan keistimewaan tersendiri. Di mana tidak sembarang orang dapat keluar masuk negara Korut dengan Korsel yang hingga kini masih bersitegang.

Dia menceritakan, mendapatkan keistimewaan itu diturunkan dari mendiang ayahnya yang bersahabat dengan presiden Korea Utara, Kim Il Sung merupakan kakek dari presiden Korut saat ini Kim Jong Un.

"Waktu pelantikan Presiden Kim Jong Un yang baru ini, saya bertanya, maka saya masih tetap dijadikan special envoy, beliau katakan tidak semua orang dapat berhubungan dengan baik," ucapnya. 

Megawati selaku Ketua Dewan Pengarah BRIN awalnya menyinggung soal Indonesia memiliki teknologi nuklir saat masa kepemimpinan Presiden Sukarno. Teknologi nuklir tersebut berada di Bandung dan dinamakan Trigama.

"Meskipun saya banyak tahu, bahwa bung Karno saja sudah berpikir untuk kita punya reaktor nuklir, saya sangat ingat adanya itu di Bandung namanya Trigama," katanya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Megawati Soekarnoputri

Photo :
  • Istimewa

Menurut dia, apabila pihak pengembang tanah air dapat mengembangkan teknologi tersebut, Indonesia tidak akan tertinggal dengan negara berkembang lainnya. Salah satunya seperti Korea Utara.

"Yang saya sering berpikir, mengapa sebuah negara yang sekarang masih negara begitu, Korea Utara, itu bisa sampai punya nuklir? Artinya itu manusianya," katanya.