Sandiaga Uno Ajak Para Sineas Promosikan Indonesia Dengan Kreativitas

Menparekraf RI Sandiaga Uno
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA Nasional – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno melontarkan Pernyataan bahwa film bukan hanya sebatas hiburan. Menurut Sandiaga, film merupakan karya audio visual yang di dalamnya terkandung sebuah nilai-nilai.

“Sejarah mencatat bahwa film bukan hanya sebatas hiburan, melainkan karya audio visual yang di dalamnya terkandung sebuah nilai-nilai perjuangan. Seperti ‘Darah dan Doa’ karya Usmar Ismail, film pertama yang diproduksi anak bangsa, yang dari judulnya saja merepresentasikan semangat perjuangan dan kemerdekaan,” ujar Sandiaga Uno, dalam keterangannya Senin, 22 Mei 2023.

Ilustrasi Syuting di Alam Terbuka

Photo :
  • dok.ist

Sandiaga juga turut mengomentari soal terpilihnya film ‘Pepadu’ karya Sutradara M. Muslimin asal Lombok dan film ‘Sailum: Song of The Rustling Leaves’ karya Sutradara Felix K. Nesi dan Moses Parlindungan Ompusunggu asal Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai Film Terpilih Festival Film Bulanan (FFB) Lokus 4.

Menurut Sandiaga, film itu mampu memberikan perspektif lain tentang film pendek Indonesia. “Salut dengan anak-anak muda yang mempromosikan Indonesia dengan kreativitas yang mereka miliki. Melalui Festival Film Bulanan kami optimis perfilman tanah air, khususnya film pendek semakin populer dan diakui. Bukan hanya sebagai industri hiburan, melainkan juga mengekspresikan nilai-nilai luhur kemanusiaan, melahirkan talenta-talenta hebat yang membanggakan, sekaligus mempromosikan kekayaan nusantara,” kata Sandiaga Uno.

Ia juga yakin subsektor perfilman Indonesia akan terus berkembang, sehingga bisa mempercepat kepulihan ekonomi Indonesia serta berkontribusi dalam penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru.

Apalagi semangat Festival Film Bulanan di tahun kedua ini berupaya memfokuskan pada kegiatan aktivasi, distribusi, dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengantarkan karya-karya sineas lokal ke industri perfilman nasional bahkan internasional.

Sebagai bentuk apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bagi kedua Film Terpilih akan mendapat sertifikat, suvenir, kesempatan mengikuti workshop “Menuju Industri Perfilman” di mana peserta akan pitching dengan investor untuk mendapatkan pendanaan dari FlipFlop TV, serta menjadi nominasi di malam penganugerahan Festival Film Bulanan yang diselenggarakan pada bulan Desember.

Selain itu, sebagai bagian dari eksibisi, akan ada penayangan poster digital di sejumlah area gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan penayangan film di acara ‘Sinema Keliling’, bioskop maupun Over The Top (OTT).

Sandiaga juga mengimbau para sineas yang berada di wilayah Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Lampung agar mempersiapkan diri karena pendaftaran Lokus 5 akan dibuka pada tanggal 2 Juni mendatang. 

“Ayo, persiapkan karya terbaik kalian dan jadi bagian dari pertumbuhan ekosistem perfilman Indonesia! Update terus informasinya di akun Instagram @festivalfilmbulanan serta kunjungi website festivalfilmbulanan.com. Karena Mahakarya akan selalu menemukan jalannya,” pungkas Sandiaga.

Sebagaimana diketahui, Film ‘Pepadu’ karya Sutradara M. Muslimin asal Lombok dan ‘Sailum: Song of The Rustling Leaves’ karya Sutradara Felix K. Nesi dan Moses Parlindungan Ompusunggu asal Nusa Tenggara Timur (NTT) resmi ditetapkan sebagai Film Terpilih Festival Film Bulanan (FFB) Lokus 4.

“Dua film itu yaitu Pepadu dan Sailum: Song of The Rustling Leaves, menurutku menarik. Sebab, film-film itu mampu memberikan potret lain tentang film pendek Indonesia, yang biasanya di dominasi oleh kebudayaan Jawa. Para kreator dua film tersebut mampu mengemas budaya, mengemas ide, cara bertuturnya, dan mengemas visualnya secara menarik,” kata seorang kurator bernama Mohamad Ariansah

Ilustrasi syuting/film.

Photo :
  • Freepik/freepik

Sosok yang akrab disapa Ale itu mengaku takjub dengan karya yang dibuat oleh Sutradara M. Muslimin asal Lombok, yang berjudul Pepadu. Film ini dinilai Ale memiliki kekuatan cerita yaitu mengangkat tentang isu kekerasan. 

Sementara untuk film Sailum: Song of The Rustling Leaves karya Sutradara Felix K. Nesi dan Moses Parlindungan Ompusunggu menurut Ale, adalah sebuah karya yang ajaib. 

“Film dokumenter Sailum: Song of The Rustling Leaves itu dibuat dari seseorang yang sudah punya pemikiran kuat, lalu menggunakan film sebagai peluru untuk menyampaikan gagasan-gagasan tersebut. Imajinasi menarik, kesannya poetic. Aku suka tawaran ceritanya tentang pro kontra Timor Timor yang lepas dari Indonesia,” terang Ale.

Senada dengan Ale, salah satu kurator bernama Rahma Guntari juga merasa kalau film-film pendek yang dihasilkan dari lokus 4 ini di luar ekspektasi.

“Menurutku keren lah, lokus ini di luar ekspektasi. Mereka bisa nge-build budaya mereka dengan cara mereka sendiri. Aku salut,” ungkap Rahma.