Cerita Tito Karnavian Jadi Incaran Utama Teroris Tahun 1999, Wiranto dan Gories Mere Juga
- Puspen Kemendagri
VIVA Nasional – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mengaku sempat jadi target utama incaran teroris pada tahun 1999 silam. Saat itu dia tengah menangani kasus terorisme.
"Saya itu tahun 1999 and I am one of their primary target (saya salah satu target utama mereka),” ujar Tito dikutip VIVA dari YouTube Sekretariat Kabinet RI, Kamis 9 Maret 2023.
Bukan cuma dirinya seorang, Tito mengatakan bahwa Wiranto yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden juga masuk dalam daftar target sasaran teroris. Dulu, kata dia, Wiranto sedang menjabat Panglima Angkatan Bersenjata (ABRI).
"Saya sudah ingatkan pak Wiranto saat itu. Pak, bapak ditarget, saya ditarget bla bla bla. Ada beberapa (orang) lagi saya nggak mau sebut," ungkap mantan Kapolri.
Tito mengatakan bahwa dia sempat menawarkan pengawalan khusus untuk Wiranto demi keamanan sahabatnya itu. Namun, Wiranto yang saat itu memiliki pangkat cukup tinggi di militer menolaknya lantaran sudah merasa cukup dengan pengawalan yang ia miliki.
“Perlu pengawalan nggak dari Densus 88? (Wiranto bilang) nggak, saya udah ada, ya karena nggak mau akhirnya beliau ditarget, kena” cerita Tito
Seperti diketahui beberapa tahun lalu Wiranto sempat diserang oleh orang tak dikenal setelah turun dari mobil di wilayah Pandeglang, Banten. Akibat dari penyerangan itu dia mengalami dua luka tusuk di bagian perut.
Lebih lanjut Tito mengungkap bahwa mantan Kepala Densus 88 Polri Gories Mere pun tak luput dari target incaran teroris kala itu.
“Saya ingat dulu Pak Gories Mere pernah ditarget dengan bom buku. Inget kan, yang meledak di daerah Matraman tapi yang kena akhirnya Kasatserse yang buka bukunya ditaruh direndam dalam ember, tangannya putus kan,” ungkapnya
Berkaitan dengan riwayatnya yang sempat jadi incaran teroris, Tito memutuskan untuk tidak terlalu aktif di media sosial. Dia menyebut, apabila segala hal tentang dirinya diketahui, itu bisa membahayakan keselamatannya.
“Dari media sosial (bisa dilihat) dia sukanya apa, suka kegiatannya apa, ngefans-nya sama siapa, tempat makan yang dia suka di mana, kemudian dia hobinya hobi apa, di mana tempat menyalurkan hobinya, sering tidurnya jam berapa, bangunnya jam berapa, teman-temannya siapa," kata dia.
"Saya enggak mau membuat sosial media karena saya enggak mau hidup saya terbaca oleh mereka (teroris)," sambungnya.