Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadan dan Syawal, Haedar Nashir: Hormati Jika Ada Perbedaan
- VIVA/Cahyo Edi
VIVA Nasional – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan masyarakat terutama umat Islam untuk menghargai setiap perbedaan yang ada di Indonesia. Termasuk, kata dia, perbedaan yang diambil Muhammadiyah ketika memutuskan tanggal 1 Ramadan, 1 Syawal dan 1 Zulhijah 1444 Hijriyah atau 2023.
Diketahui, Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Ramadan jatuh pada Kamis, 23 Maret 2023. Kedua, 1 Syawal jatuh pada Jumat, 21 April 2023. Ketiga, 1 Zulhijjah jatuh pada Senin, 19 Juni 2023. Karena itu, Hari Arofah (9 Zulhijah) jatuh pada Selasa, 27 Juni 2023 dan Idul Adha (10 Zulhijah) jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023.
"Karena ini merupakan ijtihad, maka selalu yang menjadi komitmen Muhammadiyah adalah kita saling menghargai, menghormati, toleran atau tasamuh dengan perbedaan jika hal itu terjadi. Lebih-lebih, kita punya pengalaman berbeda dalam hal 1 Ramadan, 1 Syawal, 10 Zulhijah. Sehingga, perbedaan itu jangan dianggap sebagai sesuatu yang baru. Artinya, kita sudah terbiasa dengan perbedaan lalu timbul penghargaan dan kearifan," kata Haedar dikutip dari YouTube Muhammadiyah Channel pada Senin, 6 Februari 2023.
Menurut dia, perbedaan merupakan hasil ijtihad yang sudah menjadi watak umat Islam dalam hal-hal yang menyangkut perbedaan untuk praktik menjalankan agama. Maka, kata dia, jangan dianggap sebagai sumber perpecahan, jangan dianggap sebagai yang membuat umat Islam dan warga bangsa lalu bertengkar.
"Karena ini menyangkut ijtihad, yang menjadi bagian dari denyut nadi perjuangan perjalanan sejarah umat Islam yang satu sama lain saling paham, saling menghormati dan saling menghargai," jelas dia.
Lebih jauh lagi, Haedar mengatakan inti dari semuanya adalah ibadah. Sehingga, memasuki bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijah ini dijadikan semuanya itu proses ibadah yang membuat umat Islam semakin dekat kepada Allah, berbuat baik dalam kehidupan sesama manusia, menjadikan diri semakin lebih baik lagi sebagai insan yang mu'min, muhsin dan muttaqin.
"Sehingga perbedaan apapun kalau itu terjadi, justru semakin memperkokoh diri kita sebagai muslim secara pribadi, atau umat Islam secara kolektif," ujarnya.
Selanjutnya, Haedar menjelaskan dalam mengambil keputusan penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 1 Zulhijah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu sangat kokoh, yakni dengan dasar Alquran, Hadits Nabi yang kuat ditambah ijtihad. Sehingga, keputusan itu sungguh memiliki dasar diniyah atau keagamaan yang kuat.
"Jadi bukan hanya dan tidak betul kalau itu bersifat rasionalitas ilmu semata-mata. Jadi kuat dasar keagamaannya atau syariahnya, tapi juga kuat dalam ilmu pengetahuan dan penggunaan rasionalitas serta berbagai aspek keilmuan lainnya. Dengan demikian, maka ijtihad yang diambil Muhammadiyah adalah ijtihad yang dapat dipertanggungjawabkan secara keagamaan, secara keilmuan bahkan dalam kepentingan kemaslahatan umum," pungkasnya.