Kampanye Pemilu 2024 Cuma 75 Hari, Fahri Hamzah: Harusnya Lebih Panjang
- Partai Gelora
VIVA Nasional – Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengkritik masa kampanye Pemilu 2024 yang hanya 75 hari. Dia beranggapan dengan waktu hanya 75 hari tidak efektif untuk masyarakat mengetahui pembeda antara partai-partai peserta pemilu.
Untuk saat ini Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan 18 partai politik lolos menjadi peserta Pemilu Legislatif 2024. Jumlah ini bertambah setelah KPU akhirnya memutuskan bahwa Partai Ummat lolos verifikasi faktual, setelah sebelumnya sempat dinyatakan tidak memenuhi syarat.
“Harusnya itu dibikin lebih panjang, paling tidak menurut saya partai politiknya dulu diadu. Sekarang sudah ada 18 partai di kertas suara, tapi bedanya mereka apa? itu tidak pernah kita tahu dan tidak pernah ada waktu untuk itu, karena cuma dikasih 75 hari, itu pun kita cuma akan denger debat capres doang yang diselenggarakan empat kali, yang lain? udah, lewat aja,” ujar Fahri Hamzah dalam acara The Vote Talk Series di Universitas Bakrie, Jakarta Selatan, Selasa 24 Januari 2023
Fahri berpendapat bahwa terdapat tiga tahap ideal untuk menyeleksi partai dalam pemilu, yakni pertemukan seluruh partai peserta pemilu, kemudian beri mereka kesempatan untuk menyampaikan gagasan-gagasan sehingga masyarakat mengetahui apa yang menjadi pembeda antara partai-partai tersebut.
“Kedua, beri 18 partai tersebut pertanyaan, bagaimana cara mereka menghadapi terorisme, narkoba, korupsi hingga bagaimana menjawab tantangan dari generasi-generasi baru, itu semu harus bisa dijawab,” terang Fahri
Terakhir, sambungnya, 18 partai tersebut dipersilahkan menunjuk satu calon unggulan mereka untuk menyampaikan gagasan partai.
“Nah, nanti akan ketahuan apakah mereka bisa menjelaskan ideologi partainya untuk kepemimpinan yang akan datang. lah di kita nggak, borongan aja. Itulah mengapa saya minta agar pemilu ditambah waktunya” papar Fahri
Selain untuk mengetahui pembeda antara partai peserta pemilu, hal ini, kata Fahri juga dapat menjadi penghalang masuknya politik identitas.
“Menurut saya ini efektif untuk mengurai politik identitas, caranya ya dengan diskusi sebuah gagasan, ditanya apa ide-idemu, bukan malah menunjukkan saya dari kelompok ini atau dari kelompok itu, yang sebenarnya itu tidak penting,” demikian Fahri Hamzah