Dianggap Tabu, BKKBN Dorong Adanya Pendidikan Seksualitas Secara Komprehensif
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA Nasional – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong adanya pendidikan seksualitas secara komprehensif sebagai upaya mencegah perilaku seks bebas yang mengakibatkan tingginya tingkat kehamilan tak diinginkan pada remaja di Indonesia.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangannya mengatakan, terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan karena kurangnya pengetahuan tentang seksualitas pada remaja Indonesia.
“Pendidikan seks di Indonesia sangat lemah karena masih dianggap tabu. Upaya kita untuk melakukan pendidikan seksual secara komprehensif masih menemui banyak tantangan. Hal itu mengakibatkan tingginya permohonan dispensasi nikah tidak hanya terjadi di Jawa Timur saja,” kata dia dilansir dari ANTARA.
Hasto yang juga seorang dokter spesialis kandungan ini menjelaskan, pendidikan seksualitas bukan memberikan edukasi bagaimana berhubungan seks tetapi lebih kepada pengenalan alat reproduksi, fungsi, serta bagaimana menjaga dan merawatnya sebagai upaya pencegahan terjadinya berbagai penyakit, baik pada perempuan maupun laki-laki pada masa mendatang.
“Untuk itu melalui Program Generasi Berencana atau GenRe, BKKBN mencoba untuk memberikan pendidikan seks melalui generasi sebaya,” pungkasnya.
Ia memuji Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur di bawah kepemimpinan Maria Ernawati karena telah berhasil menjembatani sinergi antara lintas sektor di dalam pembinaan remaja, memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan positif remaja, dan bersama-sama remaja mengembangkan kegiatan yang akrab sesuai dengan kebutuhan remaja melalui Insan GenRe.
Lebih lanjut, GenRe program yang dikembangkan BKKBN dengan kelompok sasaran, yaitu remaja berusia 10-24 tahun tetapi belum menikah, mulai siswa SMP, SMA, hingga mahasiswa dan mahasiswi yang belum menikah.
Adapun tiga masalah remaja yang saat ini berusaha diselesaikan oleh BKKBN melalui forum GenRe, yakni tingginya pernikahan dini, pergaulan atau seks bebas, dan penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza).
“Saya yakin jika remaja khususnya remaja baik laki-laki dan perempuan mendapatkan seks education mereka akan menjaga diri sebaik mungkin dan tidak akan melakukan free seks,” ujarnya.
Kata Hasto, pada perempuan di bawah usia 20 tahun itu memiliki bentuk serviks atau mulut rahim yang masih menghadap keluar, sehingga bila tersentuh alat kelamin laki-laki maka akan rawan dan berpotensi terjadi infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
Apabila sudah terpapar HPV maka dalam kurun waktu tujuh hingga 20 tahun ke depan berpotensi terserang kanker serviks atau kanker mulut rahim.
“Saat saya menjadi Bupati Kulon Progo selama dua periode, pendidikan seks sudah saya masukkan ke mata pelajaran penjaskes. Bisa dilihat bagaimana dispensasi nikah disana dan jumlah kehamilan atau kelahiran pada remaja rendah. Ini bisa dijadikan contoh untuk daerah lain,” jelasnya.