PT GNI Operasi Kembali Besok, Polri Kerahkan 2 SSK Brimob Untuk Pengamanan

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Sumber :
  • VIVA/Cahyo Edi (Yogyakarta)

VIVA Nasional – Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menyatakan pihaknya menurunkan dua satuan setingkat kompi (SSK) Brimob dari pusat untuk membantu pengamanan di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, pascabentrokan baru-baru ini.

Menurut Kapolri, kedua SSK Brimob tersebut bakal menambah pengamanan yang saat ini dilakukan sekira 548 personel Polri dan TNI.

"Saat ini personel pengamanan, baik dari TNI dan Polri, sampai dengan saat ini telah diturunkan kurang lebih 548 orang dan akan kita tambah lagi dengan SSK Brimob dari pusat," kata Sigit saat menyampaikan keterangan pers di Kantor Presiden komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.

Viral! Video Kerusuhan antara Karyawan Lokal dan China di PT GNI

Photo :
  • Tangkapan layar Instagram@andreli_48

Penambahan personel pengamanan tersebut dilakukan menyusul rencana PT GNI kembali beroperasi mulai Selasa 17 Januari 2023 pagi. Kapolri menegaskan bahwa Polri bersama TNI siap untuk menjaga, mengawal, dan mengamankan program-program yang menjadi kebijakan pemerintah, termasuk yang berkaitan dengan investasi.

Sigit berharap bahwa dengan kehadiran TNI-Polri, maka situasi di PT GNI bisa terjaga tetap kondusif seperti sedia kala. "Tentunya Polri di-back-up oleh TNI siap untuk mengawal dan mengamankan agar situasi bisa bertahan dan kondusif," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Kapolri mengimbau seluruh masyarakat, termasuk para karyawan PT GNI agar tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang belum tentu jelas kebenarannya.

Kerusuhan di PT GNI

Photo :
  • Tangkapan Layar: Instagram

Pasalnya, menurut Kapolri, isu provokatif tersebut merupakan pemicu awal terjadinya bentrokan antara karyawan lokal dengan tenaga kerja asing (TKA) PT GNI yang berujung peristiwa pembakaran serta perusakan pada Sabtu (14/1).

"Muncul viral seolah-olah telah terjadi pemukulan oleh TKA terhadap TKI. Inilah yang kemudian memunculkan pengaruh, provokasi, dan kemudian mengakibatkan terjadinya penyerangan," kata Sigit. (ant)