BMKG Revisi Potensi Cuaca Ekstrem: Tidak sampai 3 Januari tapi 1 Januari

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA Nasional – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan potensi cuaca ekstrem akhir tahun 2022 akan terjadi sampai 1 Januari 2023. Sebelumnya BMKG memperkirakan cuaca ekstrem akan terjadi sampai 3 Januari 2023 dan bahkan ada kemungkinan lebih.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan saat ini mengingat adanya peningkatan intensitas kondisi ekstrem, dipandang perlu dan mendesak pembaruan info perkembangan atmosfer. Berdasarkan analisis terakhir pada 29 Desember 2022, kondisi dinamika atmosfer di sekitar wilayah Indonesia masih cukup signifikan bahkan ada peningkatan potensi curah hujan di beberapa wilayah hingga 1 Januari 2023.

"Nanti dijelaskan kenapa sampai 1 Januari 2023. Padahal sebelumnya sampai 3 Januari 2023, bahkan ada kemungkinan lebih," kata Dwikorita saat konferensi virtual pada Kamis, 29 Desember 2022.

Ilustrasi/Cuaca berawan yang menyelimuti sejumlah wilayah di Jakarta

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Menurut dia, perubahan prediksi kondisi ekstrem bisa terjadi hingga 2 Januari bahkan 3 Januari karena adanya kehadiran bibit badai tropis 95W yang saat ini berada di Filipina. Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik.

"Jadi, bukan di Indonesia tapi di Filipina--jangan panik. Kami ceritakan karena inilah yang menolong seakan-akan mengisap atau mengakibatkan [tanda] warna merah atau pink itu menjadi terurai atau tidak ada lagi. Kedua, daerah konvergensi dan konfluensi lain memanjang," katanya.

Selain itu, Dwikorita mengatakan dasar pertimbangan perkembangan ini masih terkait dengan berbagai fenomena yng terjadi bersamaan, yaitu aktifnya monsun (angin) Asia yang berasal dari benua Asia yang membawa uap-uap air karena melewati Samudera Pasifik sebelum masuk ke wilayah Indonesia, sehingga membawa uap-uap air yang menjadikan musim hujan di wilayah Indonesia.

"Sekarang monsun Asia ini meningkat intensitasnya dan kita deteksi berpotensi meningkatkan kecepatan angin dan curah hujan," ujarnya.

Ilustrasi cuaca ekstrem.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Selanjutnya, kata Dwikorita, teridentifikasinya masih aktif pergerakan gerombolan kumpulan awan-awan hujan dari Samudera Hindia, tepatnya sebelah timur Benua Afrika bergerak melintasi ekuator menuju Samudera Pasifik. Tetapi, katany, saat ini sedang pada fase memasuki wilayah Kepulauan Indonesia dan berakibat curah hujan di wilayah Indonesia diawali bagian barat nanti bergerak ke tengah dan timur.

"Dalam sepekan terakhir hingga beberapa hari ke depan, yang berkontribusi signifikan meningkatkan pertumbuhan awan hujan dengan potensi curah hujan lebat hingga sangat lebat, dan dari hasil modeling terakhir nampak menjadi ekstrem untuk wilayah-wilayah," katanya.