BNN: 31.868 Pecandu Narkoba Direhabilitasi Sepanjang 2022

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Petrus Reinhard Golose.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Yeni Lestari

VIVA Nasional – Sebanyak 31.868 pecandu atau penyalahguna narkotika menjalani rehabilitasi sepanjang tahun 2022. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Petrus Reinhard Golose dalam konferensi pers, Kamis, 29 Desember 2022.

Petrus memaparkan, puluhan ribu pecandu narkotika yang direhabilitasi itu mengaku puas dengan layanan rehabilitasi yang diberikan BNN RI. Tingkat kepuasan layanan tersebut di atas 3,4 dari skala indeks 1-4.

"Pada bidang rehabilitasi, jumlah pecandu atau penyalahguna narkotika yang telah menjalani rehabilitasi pada layanan BNN RI dan mitra BNN RI tahun 2022 sebanyak 31.868 orang dengan tingkat kepuasan layanan rawat jalan 3,49 dan layanan rawat inap 3,59," ujar Petrus.

Ilustrasi/Pengguna narkoba

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Menurut Petrus, terdapat dua indikator yang digunakan pihaknya dalam peningkatan upaya pemulihan pecandu narkotika. Dua indikator itu, pertama, indeks kapabilitas rehabilitasi yang menggambarkan aksesibilitas, ketersediaan, keberlangsungan dan kualitas layanan.

"Di tahun 2022, indeks kapabilitas rehabilitasi mencapai angka 3,31 atau kategori baik dalam skala 1-4," ujarnya.

Sementara indikator kedua yaitu persentase kualitas hidup penyalahguna narkotika yang meningkat setelah menjalani rehabilitasi, baik yang diberikan oleh BNN RI maupun mitra kerjanya. Peningkatan kualitas tersebut diukur melalui WHOQL pada 4 domain yaitu fisik dengan capaian 73,69 persen, psikis 74,15 persen, sosial 71,70 persen dan lingkungan 74,43 persen. 

Ilustrasi stop peredaran narkoba

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Petrus menyebutkan, pencapaian terhadap empat domain tersebut terus mengalami peningkatan dari target yang telah ditetapkan sekitar 58 persen.

"Ini artinya, upaya rehabilitasi baik yang diberikan oleh BNN RI maupun mitra kerjanya dapat benar-benar memperbaiki kualitas dan keterampilan hidup klien sehingga meminimalisir potensi kekambuhan," kata Petrus.