Sejarah Pura Mangkunegaran yang Dijadikan Wedding Venue Kaesang dan Erina, Berusia Ratusan Tahun
- VIVA/ Fajar Sodiq
VIVA Nasional – Acara resepsi pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono diselenggarakan di Pura Mangkunegaran Solo pada Minggu, 11 Desember 2022 mendatang.
Presiden Jokowi mengungkapkan, prosesi pernikahan Kaesang dan Erina tidak bisa digelar di gedung serba guna miliknya, Graha Sabha Buana lantaran gedungnya sudah dipesan untuk acara pernikahan orang lain.
Penampakan Pura Mangkunegaran yang sekarang sudah berbeda. Pura tersebut sudah direvitalisasi oleh Wali Kota Solo Gibran Rakabuming. Penampakannya pun sudah dibocorkan di kanal YouTube Gibran Rakabuming. Bangunan ini dibangun menggunakan arsitektur Jawa dan Eropa.
Rupanya, Pura Mangkunegaran ini sudah berusia ratusan tahun lho. Seperti apa sejarahnya? Simak ulasannya berikut ini.
Sejarah singkat Pura Mangkunegaran Solo
Dikutip dari laman resminya, berdirinya Pura Mangkunegaran ini ditandai dengan dilakukannya Perjanjian Salatiga antara Sunan Pakubuwana III dengan Raden Mas Said di Salatiga yang disaksikan oleh perwakilan Sultan Hamengkubuwana I dan VOC.
Penandatanganan itu dilakukan pada 17 Maret 1757 atau bertepatan pada hari Sabtu Legi, 5 Jumadilawal, tahun Alip Windu Kuntara, tahun Jawa 1638.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Mangkunegara I memerintah di wilayah Kedaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu.
Pendiri Mangkunegaran adalah Raden Mas Said yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, lengkapnya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara Senopati Ing Ayudha Sudibyaningprang. Penguasa Mangkunegaran berkedudukan di Puro Mangkunegaran.
Mangkunegaran merupakan Kadipaten yang posisinya di bawah Kasunanan dan Kasultanan. Pada tahun 1757 hingga 1946, Kadipaten Mangkunegaran merupakan kerajaan otonom yang memiliki wilayah yang sangat luas dan berhak memiliki tentara sendiri yang independen dari Kasunanan.
Setelah sekian abad menjadi Kerajaan otonom, pada September 1946 Mangkunegara VIII menyatakan bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun meletusnya revolusi sosial di Surakarta pada tahun 1945-1946, telah mengakibatkan Mangkunegaran kehilangan kedaulatannya.
Kendati demikian Mangkunegara dan Puro Mangkunegaran masih tetap menjalankan fungsinya sebagai penjaga budaya.
Pemegang Tahta Pura Mangkunegaran
Sejak tahun 1757 hinga hingga saat ini pemegang tahta Pura Mangkunegaran sebagai berikut:
1. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I (1757-1795)
2. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara II (1796-1835)
3. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara III (1835-1853)
4. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (1853-1881)
5. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara V (1881-1896)
6. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VI (1896-1916)
7. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII (1916-1944)
8. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VIII (1944-1987)
9.Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX (1987-sekarang)
Kompleks bangunan Pura Mangkunegaran ini meliputi berbagai bagian. Seperti pamedan, pendopo, pringgitan, ndalem, dan keputren. Pura Mangkunegaran terletak di Jalan Ronggowarsito, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.