Muktamar Muhammadiyah, Haedar Nashir Berpeluang Terpilih Lagi Jadi Ketum

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir periode 2017-2022
Sumber :
  • Ist

VIVA Nasional - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah petahana Haedar Nashir berpeluang terpilih lagi menjadi ketua umum periode 2022-2027. Haedar meraih suara terbanyak melalui pemilihan e-voting dalam Muktamar Ke-48 Muhammadiyah di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Ketua Panitia Pemilihan Dahlan Rais menjelaskan, termasuk Haedar, ada 13 orang terpilih sebagai anggota PP Muhammadiyah. 13 orang itu dikerucutkan dari sebelumnya 39 calon peserta.

Dari 13 nama yang terpilih itu, Haedar berada di urutan pertama dalam pemilihan e-voting dengan 2.203 suara. Posisi kedua ditempati Abdul Mu'ti dengan 2.159 suara.

Lokasi Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, Jawa Tengah.

Photo :
  • VIVA.co.id/Fajar Sodiq

Posisi tiga ada Anwar Abbas dengan 1.820 suara. Lalu, berikutnya ada  Busyro Muqoddas dengan 1.778, Hilman Latief 1.675, Muhadjir Effendy 1.598, Syamsul Anwar 1.494.

Kemudian, ada Agung Danarto 1.489, Saad Ibrahim 1.333, Syafiq A Mughni 1.152, Dadang Kahmad 1.119, Ahmad Dahlan Rais 1.080, dan Irwan Akib 1.001.

Menurut Dahlan, sebanyak 13 anggota PP Muhammadiyah itu akan dibawa ke rapat pleno muktamar di Edutorium KH Ahmad Dahlan, pada Minggu hari ini.

Dahlan mengatakan dari perolehan nama tersebut, kemungkinan besar yang jadi ketua umum adalah peraih suara terbanyak. Hal itu juga untuk menghargai yang mendapat suara terbanyak.

"Ketua umum yang terpilih dalam rapat 13 orang itu, harus dimintakan persetujuan kepada muktamirin. Sedangkan, sekretaris umum ditunjuk oleh ketua umum terpilih," kata Dahlan, dikutip dari Antara, Minggu, 20 November 2022.

Peserta Muktamar ke-48 Muhammadiyah Memilih Pimpinan Pusat 2022-2027

Photo :
  • VIVA/ Fajar Sodiq

Meski demikian, Dahlan menjelaskan, ada sejarah yang menjadi ketua umum bukan yang dipilih oleh muktamirin.

Dia mencontohkan dalam Muktamar di Purwokerto pada 1950-an, pimpinan terpilih tak ada yang mau menjadi ketua umum. Pun, akhirnya mereka minta Buya Sutan Mansur di Sumatra Barat untuk memimpin Muhammadiyah. 

Menurutnya, ketika itu, Buya Sutan Mansur bersedia memenuhi permintaan dari para pimpinan terpilih. Lalu, hijrah ke Jawa untuk menjadi ketua umum. (Ant)