Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, KNKT: Thrust Lever Kanan Tak Berfungsi

Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Syaefullah.

VIVA Nasional – Komisi V DPR RI menggelar rapat dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan PT. Sriwijaya Air untuk membahas hasil investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo menjelaskan KNKT melakukan investigasi kecelakaan SJ-182 ini mengikuti standar internasional yang melibatkan beberapa negara dalam tim investigasi antara lain negara perancang dan pembuat pesawat.

Ilustrasi serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182

Photo :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Alhasil, kata dia, tim investigasi meyakini adanya gangguan pada sistem pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan registrasi PK-CLC. Hal tersebut sesuai informasi yang ada di flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) yang sudah diunduh datanya.

“Pada saat pesawat climbing, terjadi perubahan mode autopilot yang sebelumnya menggunakan flight management computer, berpindah menggunakan mode control panel. Perubahan ini nampaknya membutuhkan tenaga mesin lebih sedikit,” kata Nurcahyo.

Dalam kondisi normal, kata dia, auto-throttle akan menggerakkan kedua thrust lever untuk mundur mengurangi tenaga mesin. Namun, lanjut Nurcahyo, dalam penerbangan ini auto-throttle tidak bisa menggerakkan thrust lever yang kanan.

“Thrust lever yang kiri tetap bergerak, sedangkan yang kanan tidak bergerak,” jelas dia.

VIVA Militer: Dankormar menunjukkan puing pesawat Sriwijaya Air SJ182

Photo :
  • Instagram @Suhartono323

Menurut dia, KNKT telah memeriksa ada tujuh komponen terkait auto-throttle di Amerika dan Inggris. Dalam pemeriksaan tersebut, Nurcahyo menyebut tim investigasi meyakini ada gangguan yang terjadi pada thrust lever sebelah kanan. “Ini adalah gangguan pada sistem mekanikal, bukan sistem komputernya,” ungkapnya.

Menjelang ketinggian 11.000 kaki, kata Nurcahyo, maka tenaga mesin pesawat SJ-182 semakin berkurang karena sudah mencapai ketinggian yang sudah diperintahkan. Karena thrust lever sebelah kanan tidak bergerak, maka thrust lever sebelah kiri terus mengurangi tenaganya.

“Sehingga perbedaan mesin sebelah kiri dan kanan semakin besar. Akhirnya terjadi perbedaan kiri dan kanan. Perbedaan ini disebut dengan asimetri,” ucapnya.

Nurcahyo mengatakan pesawat tersebut dilengkapi sistem cruise thrust split monitor (CTSM). Sistem ini bisa menonaktifkan auto-throttle pada saat asimetri untuk mencegah perbedaan tenaga mesin lebih besar.

“Tapi auto-throttle nonaktif. Nonaktifnya adalah dari fungsi CTSM. Keterlambatan fungsi CTSM ini diyakini karena informasi dari flight spoiler yang memberikan nilai sudut pembukaan yang lebih atau rendah dari seharusnya,” pungkasnya.