Pontjo Sutowo: Pancasila, Ideologi yang Ampuh dan Relevan
- Istimewa
VIVA Nasional – Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo menyampaikan pidato kebangsaan pada acara bedah buku ‘Memperadabkan Bangsa: Paradigma Pancasila untuk Membangun Indonesia’ di Jakarta Kamis, 27 Oktober 2022. Acara tersebut mengusung tema Membangun Manusia, Membangun Budaya Indonesia.
Pontjo mengatakan, buku tersebut merupakan hasil rangkuman diskusi serial yang dikerjakan sejak 20 Maret 2019 yang diselenggarakan bersama Aliansi Kebangsaan, Forum Rektor Indonesia, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), serta Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Selain itu, ia menyebut bahwa buku ‘Memperadabkan Bangsa: Paradigma Pancasila untuk Membangun Indonesia’ sebelumnya sudah diluncurkan sejak 2 Agustus 2022 lalu di Gedung MPR RI. Buku ini mendapatkan sambutan positif sebagai satu pendekatan dalam upaya pembudayaan Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi kerja
“Kita masih meyakini Pancasila merupakan satu ideologi yang ampuh dan juga relevan dengan perkembangan masa kini. Namun secara operasional belum membudaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Pontjo Sutowo, di Jakarta, dilansir dari kanal YouTube, Forum Kebangsaan, Kamis.
Lebih lanjut, dia mengatakan Pancasila masih belum dikembangkan menjadi ideologi kerja atau Working Ideology dalam praktis pembangunan yang memandu kebijakan pembangunan nasional di segala kehidupan.
“Sehingga masih terdapat jurang yang lebar antara idealitas Pancasila dalam realitas penggunaannya di kehidupan kebangsaan dan bernegara,” ungkapnya
Jurang kesenjangan ini, kata dia, yang menjadi sumber munculnya problematika di negara kita hari ini. Selain itu, rendahnya pemahaman internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari telah menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan ruh kebangsaannya.
“Padahal itu merupakan modal sosial yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia ke depan,” jelasnya
Oleh karenanya, apabila Indonesia ingin menjadikan Pancasila sebagai ideologi kerja. Maka harus dipahami terlebih dahulu bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang tidak bisa direalisasikan hanya dengan ucapan dan slogan semata.
Pada kesempatan itu Pontjo mengutip satu buku yang ditulis oleh Andrew Heywood berjudul ‘Political Ideologies: An Introduction’ bahwa ideologi merupakan susunan ide yang menyediakan basis bagi tindakan politik secara terorganisasi baik dimaksud untuk mempertahankan, memodifikasi atau melenyapkan sistem kekuasaan yang ada.
“Nah, dalam rangka menyediakan basis bagi tindakan politik, setidaknya ideologi memberikan sekurang-kurangnya tiga fungsi utama,” jelasnya
Pertama: menawarkan perangkat penjelas mengenai tertib sosial yang diidealisasikan dalam bentuk pandangan hidup yang mengandung nilai ideal, menjadi basis pembentukan mental spiritual dan karakter dari komunitas politik.
Kedua: menjelaskan bagaimana perubahan politik dapat dan harus dijalankan yang memberi kerangka kerja, pembentukan tatanan kelembagaan sosial politik dan tata kelola pemerintahan. “Dengan cara ini ideologi diharapkan dapat membantu membentuk watak dari sistem politik. Sebab sistem pemerintahan di dunia ini berbeda satu sama lain dan selalu diasosiasikan dengan nilai atau prinsip tertentu,” kata dia
Ketiga: mengembangkan modal atas masa depan yang dikehendaki atau suatu visi tentang masyarakat yang memberi haluan pembentukan masyarakat sejahtera yang berkeadilan dan berkemakmuran.
Lalu, sambung Pontjo, seberapa besar pengaruh ideologi pada kehidupan sosial dapat ditentukan oleh seberapa dalam generasi ideologi tersebut. “Itu dapat dilihat dari tingkat keyakinan dan pengetahuan orang-orang atas berbagai dimensi ideologi tersebut serta seberapa gigih atau konsisten mereka bertindak mengamalkannya,” paparnya
Untuk itu, dia berharap ideologi harus dapat mengupayakan kerangka keyakinan, pengetahuan serta tindakan. Dengan demikian, untuk menjadikan Pancasila menjadi ideologi kerja dan menjadikan Pancasila sebagai acuan pembangunan nasional dapat dijalankan dengan kesungguhan dalam tindakan.
“Pancasila bukan sebatas hafalan, itu nilai hidup yang harus dijalani dengan penuh integritas dan menjaga konsistensi antara pikiran, perkataan, sikap ,perbuatan, keyakinan, kebijakan, kehendak dan semangat bagi bangsa yang majemuk untuk hidup bersama dalam membangun keindonesiaan perlu terus dipelihara dan diperkuat,” pungkasnya