Tanah Ambles di Cilacap, Perjalanan Kereta Api Terganggu

Ilustrasi kereta api.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA Nasional – Hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sejak Jumat, 7 Oktober 2022 malam hingga Sabtu, 8 Oktober 2022 dinihari, memicu terjadinya penurunan tanah di beberapa titik di sepanjang jalur lintasan rel kereta api jarak jauh, antara Jeruklegi-Kawunganten. Akibatnya, perjalanan kereta terhenti.

Hasil kaji cepat sementara, penurunan tanah itu masing-masing terdapat di kilometer (km) 376 +6/7, km 372 +400 dan km 392 +8/7 yang berada di petak jalan Sikampuh-Maos.

Humas DAOP 5 Purwokerto, Krisbiyantoro mengatakan, laporan awal didapatkan dari awak sarana Kereta Api (KA) Kahuripan tujuan Kiaracondong yang merasakan adanya goyangan keras di km 367 +6/7 saat kereta melaju pada kecepatan 70 km/jam. Berdasarkan laporan itu, tim dari DAOP 5 Purwokerto kemudian melakukan investigasi di lapangan.

Ilustrasi kereta api melintas.

Photo :
  • KAI

“Berawal dari laporan yang kita terima dari awak sarana KA Kahuripan tujuan Kiaracondong bahwa KA-nya terasa ada goyangan keras di km 367+6/7 dengan kecepatan 70 km/jam,” kata Kris dalam keterangannya diterima VIVA, Sabtu, 8 Oktober 2022.

Lebih lanjut, Kris mengatakan, hasil investigasi di lapangan didapatkan bahwa penyebab goyangan keras yang dilaporkan awak KA Kahuripan itu diakibatkan adanya amblesan tanah sepanjang 15 meter di jalur Jeruklegi-Kawunganten. 

Petugas jalan rel, menurutnya, kemudian segera melakukan tindakan untuk penanganan gangguan perjalanan tersebut, dengan mendistribusikan material dan tenaga pekerja ke lokasi amblesan.

Ilustrasi kereta yang melintas

Photo :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

“Penyebab goyangan keras ini diakibatkan ada amblesan tanah sepanjang 15 meter di lokasi tersebut. Petugas jalan rel segera melakukan tindakan untuk penanganan gangguan perjalanan ini dengan mendistribusikan material dan tenaga ke lokasi amblesan,” kata Kris.

Akibat dari adanya penurunan tanah di sepanjang jalur rel tersebut, empat perjalanan kereta api menjadi terhenti. Adapun perjalanan yang terhenti itu, lanjut Kris, meliputi KA Turangga yang berhenti di Stasiun Jeruklegi, KA Parcel Selatan berhenti di Stasiun Gandrungmangu, KA Mutiara Selatan berhenti di Stasiun Gandrungmangu dan KA Kutojaya Selatan masuk di Stasiun Gandrungmangu.

Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap sejak pagi tadi telah turun ke lokasi untuk membantu percepatan penanganan peristiwa penurunan tanah tersebut.

Selain penurunan tanah, BPBD Kabupaten Cilacap juga melaporkan adanya jalur darat di sekitar lokasi kejadian juga tergenang banjir, sehingga akses Jeruklegi-Kawunganten lumpuh sementara.

Belum ada laporan mengenai korban jiwa atas peristiwa tersebut, namun mobilitas masyarakat turut terhambat.

Diketahui, hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya hingga Minggu, 9 Oktober 2022, sebagaimana prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Jumat, 7 Oktober 2022.

Masyarakat Waspada

Menyikapi itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada masyarakat dan pemangku kebijakan di daerah setempat agar tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan.

“Khusus untuk sepanjang perlintasan rel kereta api agar tim gabungan dapat melakukan monitoring secara berkala, mengingat jalur kereta api di sepanjang wilayah Kabupaten Cilacap berada pada daerah yang rawan banjir dan longsor,” ujar Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Dia juga meminta monitoring lereng perbukitan, susur sungai, pembersihan aliran sungai, kanal, saluran drainase permukiman dan saluran irigasi agar dilakukan secara berkala untuk memininalisir potensi bencana susulan yang dapat dipicu oleh faktor cuaca dan kondisi tata ruang lingkungan.

“Untuk jangka menengah dan panjang, penanaman pohon keras dan berakar kuat disepanjang perbukitan pada jalur-jalur perlintasan kereta harus dilakukan sebagai bentuk upaya mitigasi berbasis vegetasi,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, jika terjadi hujan dalam durasi lebih dari satu jam, masyarakat yang tinggal di bantaran sungai atau di lereng gunung maupun tebing agar mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.