Aktivitas Belajar Mengajar di Mentawai Terhenti Akibat Gempa M 6,2

Suasana sebuah sekolah usai gempa M 6,2 guncang Mentawai.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Andri Mardiansyah (Padang)

VIVA – Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Mentawai, Sumatra Barat, Akmal menyebut aktivitas belajar mengajar di sebagian wilayah Mentawai, terhenti akibat guncangan gempa bumi dengan magnitudo 6,2 yang terjadi Senin, 29 Agustus 2022, pukul 10.29 WIB.

Bahkan, kata Akmal, beberapa pihak sekolah antara lain SMPN 1 Siberut Tengah, SMPN 3 Simatalu dan sejumlah sekolah di daerah Pokai, terpaksa harus memulangkan anak didiknya. 

“Informasi yang kita dapat ada beberapa sekolah yang memulangkan peserta didik akibat getaran gempa bumi yang cukup kuat. Namun demikian, gempa ini tidak menimbulkan korban jiwa,” kata Akmal, Senin, 29 Agustus 2022.

Warga di Dusun Betaet Desa Simalegi, Mentawai, mengungsi akibat gempa.

Photo :
  • VIVA.co.id/ Andri Mardiansyah (Padang)

Hingga kini kata Akmal, berdasarkan catatan sementara, terdapat dua bangunan fasilitas umum yang mengalami kerusakan ringan akibat getaran lindu ini. 

Dua bangunan itu adalah SMPN 3 dan Puskesmas Simalegi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat saat ini masih melakukan monitoring dan pendataan untuk memastikan berapa total jumlah kerusakan pada bangunan

“Sementara ada dua bangunan fasilitas umum yang rusak. Ada info satu unit gereja juga mengalami kerusakan. Namun, belum bisa dipastikan kebenarannya. Kita masih melakukan pendataan,” ujar Akmal.

Ilustrasi gempa Mentawai.

Photo :
  • BMKG

Terpisah, Plt. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebutkan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 6,1. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,99° LS dan 98,53° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 12 kilometer arah Barat Laut Siberut Barat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada kedalaman 24 kilometer. 

Gempa bumi ini, kata Daryono, merupakan kelanjutan aktivitas gempa yang terjadi sebelumnya pada pukul 00.04 WIB dengan M 4,9 dan pukul 05.34 WIB dengan M 5,8.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng segmen Megathrust Mentawai-Siberut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” kata Daryono.

Daryono melanjutkan, gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di beberapa wilayah antara lain, Siberut, Tuapejat, Painan, Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Kabupaten Solok dan Solok Selatan. 

Meski menimbulkan kerusakan ringan di wilayah Siberut Utara dan Siberut Barat. Namun, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.