Habib Luthfi: Kepentingan Parpol Tak Boleh Kalahkan Bangsa

Habib Luthfi bin Yahya
Sumber :
  • https://twitter.com/habibluthfiyahy

VIVA Nasional –  Pendiri sekaligus Ketua Dewan Fatwa Pencinta Tanah Air Indonesia (Petanesia) Habib Luthfi Bin Yahya meminta kepada seluruh warga untuk mengedepankan kepentingan bangsa untuk menghidari konflik yang memecah persatuan jelang pemilu 20224 mendatang. Hal ini disampaikan Habib Luthfi dalam forum Rapat Kerja Nasional II 2022 di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, Sabtu

"Kepentingan partai politik yang bersifat sesaat jangan sampai mengalahkan kepentingan bangsa yang lebih luas," kata Habib Luthfi Bin Yahya.

Habib Luthfi bin Yahya.

Photo :
  • www.habiblutfi.net

Dia berharap Petanesia menjadi garda terdepan dan benteng merawat keberagaman budaya, kultur dan ragam agama di Indonesia. Indonesia saat ini akan berusia 77 tahun. Bagi manusia usia 77 tahun sudah tua, namun bagi sebuah bangsa, usia tersebut masih sangat muda dan masih sangat rentan mengalami perpecahan. 

"Bangsa Indonesia tidak boleh terpecah dalam momentum apapun, bangsa Indonesia harus tetap cinta tanah air," jelas anggota Wantimpres ini. 

Dalam kesempatan tersebut, penasihat Petanesia KH Asep Saifudin Chalim mengingatkan para pejabat dan tokoh politik akan adanya kelompok-kelompok tertentu baik itu kelompok ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. 

Habib Luthfi bin Yahya.

Photo :
  • https://twitter.com/habibluthfiyahy

"Para tokoh politik dan pejabat harus menjunjung nilai toleransi dan tidak berpihak kepada kelompok manapun demi kepentingan bangsa," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Mojokerto ini. 

Sementara menurut Sekjen Petanesia Deni R Sagara, Petanesia adalah gerakan  kebangsaan yang memiliki tugas mulia yakni merawat keberagaman,merawat budaya nusantara,mencintai indonesia.

"Karena itu, Petanesia harus tampil terdepan melayani semua elemen bangsa dalam menjaga keutuhan NKRI," kata pria yang akrab dipanggil Bung Sagara ini. 

Dia sempat mengutip pesan populer Bung Karno yakni "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri,". 

Pesan tersebut menurut dia mengandung makna bahwa Indonesia memiliki potensi perpecahan yang disebabkan oleh bangsanya sendiri.