Dugaan Pelecehan Istri Jenderal, Seksolog Sebut 'Power Rape', Apa Itu?

Seksolog Zoya Amirin
Sumber :
  • Youtube Deddy Corbuzier

VIVA Nasional – Pengacara Keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak meragukan keterangan polisi tentang dugaan pelecehan seksual istri Irjen Ferdy Sambo, PC.

Kamaruddin juga mempertanyakan dalih polisi yang menyebutkan dugaan seksual menjadi pemicu terjadinya baku tembak di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.

Kasus pelecehan seksual pada istri jenderal mencuat dan hal ini ternyata menjadi sorotan baru, salah satunya dam Podcast Deddy Corbuzier yang mengundang seksolog Zoya Amirin.

Di menit-menit awal video yang diunggah mengenai dugaan pelecehan seksual, Deddy Corbuzier menyampaikan pendapatnya kepada Zoya, kalau polisi ini merupakan bawahan dari suami yang diduga menjadi korban pelecehan seksual.

Deddy juga menambahkan kalimat, bahwa secara hirarki posisi pelaku dugaan pelecehan seksual ini kedudukan, jabatan lebih rendah daripada suaminya.

“Secara hirarki orang ada jabatan kedudukan, posisi, jabatan orang ini lebih rendah loh daripada, suami dari terduga korban ini. Bagaimana caranya, polisi ini melakukan pelecehan seksual terhadap istri atasannya? Tidak masuk akal, menurut saya ya,” tanya Deddy kepada Zoya.

Zoya pun menjawab dengan tenang. Bahwa orang awam lupa, kalau pelecehan seksual bisa terjadi oleh siapa saja, termasuk orang dengan privilege dan kebanyakan menormalisasi hal itu.

“Orang tuh lupa, yang namanya pelecehan seksual, bisa terjadi pada siapa saja dan pelakunya kepada siapa saja? Seperti, wah ga masuk akal nih, orang berani pada senior, mengerikan!” ungkapnya.

“Kalau orang normal, kita mungkin tidak dapat melakukan hal itu. Tapi sebagai terduga, kalau kita menormalisasikan, apapun itu sangat bahaya,” tambahnya.

Zoya menimpalkan, bahwa di dalam psikologi terdapat teori yaitu Psychology of Rape yang menjelaskan ada tiga tipe pemerkosa, yaitu:

  • Korektif, pemerkosa ini harus mengoreksi individu secara seksual. Pelaku biasanya menyakiti sampai mempermalukan korban. 
  • Power rape. Ini adalah kompensasi dari rasa tidak mampu. Pelaku yang memerkosa perempuan dengan hirarki yang lebih tinggi, maka dia merasa kebanggaan. 
  • Sadistic rape. Pelaku ada kebutuhan secara psikologis dengan kekerasan. Pelaku merasa bangga bila melakukannya dengan kekerasan. 

Untuk jenis perkosaan kategori dua, Power Rape, Zoya menyebut kasusnya seperti yang menimpa penyanyi dunia Lady Gaga, yang pernah menerima kekerasan seksual. Pemerkosanya merasa bangga karena pernah melakukan hal tersebut kepada orang yang memiliki hirarki lebih tinggi.

Power Rape adalah ini kompensasi. Orang-orang yang melakukan ini adalah kompensasi dari rasa tidak mampu. Kalau gue memperkosa yang statusnya lebih tinggi, gue harus menjadi orang yang lebih berkuasa,” kutip wanita bernama lengkap Zoya Dianaesthika Amirin ini. 

Zoya justru khawatir dalam kasus dugaan pelecehan istri jenderal itu ada secondary victimization bagi korban pelecehaan. Apa itu? yakni sikap atau perilaku oleh seseorang yang memberikan pengulangan traumatis terhadap korban pelecehan. 

“Ketika orang memberi ekspresi, Mungkin ngga sih (dilecehkan)? Itu sudah termasuk secondary victimization,” ujar Zoya. 

Zoya menyayangkan publik yang lebih fokus kepada kasus polisi tembak polisi. Bukan dugaan pelecehan yang disebutkan. “Kenapa ngga ada yang peduli dengan mental health-nya terduga korban?”