Warga Bangun Palang Pintu Sederhana di TKP Odong-odong Vs Kereta
- VIVA/Yandi Deslatama
VIVA Nasional – Warga Desa Silebu, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, menolak perlintasan maut odong-odong ditutup menggunakan besi, lantaran aktivitas mereka terganggu. Karenanya, mereka membongkar sendiri patok besi yang telah dipasang oleh Dirjen Perkeretaapian Kemenhub.
Pemasangan patok besi dilakukan Selasa malam, 26 Juli 2022 atau pada hari yang sama saat tragedi maut odong-odong terjadi.
"Sempet ditutup, bahkan istilahnya sampai di pasang patok besi tiga biji. Malam begitu kejadian siangnya, malamnya langsung di patok. Karena menurut undang-undang dia, katanya itu belum terdaftar, harus ditutup jalannya," kata Sulaeman, Ketua RT 01 RW 13, di lokasi, Kamis, 28 Juli 2022.
Sulaeman yang ditemui sedang membersihkan sekitar jalur perlintasan kereta bersama warga bercerita, pagar yang dipasang Kemenhub dibongkar bersama-sama masyarakat. Alasannya, jika ditutup, akses mereka untuk beraktifitas terhambat.
Jalan Desa Silebu yang melintasi jalur kereta api, bisa menghubungkan ke Polda Banten dan Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), tempat Gubernur Banten berkantor.
Kemudian, jalan yang tadinya hanya 3 meter, oleh Pemkab Serang telah diperlebar menjadi 5 meter dan lebih layak dilewati kendaraan untuk masyarakat beraktivitas.
"Masyarakat banyak yang membongkar, ini kan jalan alternatif, jalan orang rame ini. Kalau muter jauh, misalkan kita ke balai desa 20 meter dari sini, harus muter ke arah kota, kan enggak mungkin, kalau muter kan lain kecamatan, paling 15 menit. Pengecoran jalan juga kan yang ngebiayain kabupaten, tadinya jalan ini 3 meter sekarang jadi 5 meter," terangnya.
Karena ada penolakan dari warga, mereka menggelar musyawarah di balai desa. Warga meminta akses jalan tidak ditutup, namun dipasangi palang pintu, sehingga masyarakat masih bisa melintas dan beraktivitas seperti sedia kala.
"Nah kita masyarakat sini apakah tidak ada jalan lain, selain ditutup. Solusinya ya ini, kita musyawarah dengan yang lainnya, tolong lah minta diusahakan, minta dibikinkan palang pintu," jelasnya.
Urunan Bangun Palang Pintu
Usai penolakan dengan membongkar penutupan perlintasan, warga sekitar pun membuat palang pintu sederhana. Warga dari RT 01 RW 3 dan RT 1 RW 2 merogoh kocek untuk membangun dua palang pintu kereta api, untuk keselamatan bersama.
"Itu juga artinya harus membiayai diri sendiri, RT 1 RW 3 dan yang sebelah sana RT 1 RW 2, makanya kita masing-masing bikin palang pintu," kata Ketua RT 01 RW 03, Sulaeman, ditemui disela-sela gotong royong bersama warga.
Sulaeman bercerita, satu unit palang pintu membutuhkan biaya pembuatan sekitar Rp2 juta, sehingga untuk 2 unit, menghabiskan Rp4 juta.
Pak RT juga bercerita ada pegawai dari Pemkab Serang dan kereta api turut membantu biaya pembuatan palang pintu sederhana yang terbuat dari besi, diberi beban batu dan dipasangi tali yang memudahkan mereka untuk menutup palang pintu saat kereta melintas.
"Makanya kita musyawarah dengan masyarakat lainnya, kita membikin palang pintu, insiatif masyarakat demi keselamatan orang banyak," jelasnya.
Secara bergantian, warga setempat menjaga palang pintu. Mereka juga telah mendapatkan jadwal resmi dari PT Kereta Api Indonesia (KAI), kapan kereta akan melewati perlintasan tersebut.
Untuk kebutuhan makan dan minum penjaga, warga menaruh kardus bekas. Jika ada pengendara yang melintas, bisa menyisihkan sedikit uangnya untuk kebutuhan penjaga perlintasan.
Sulaeman bercerita, hasil musyawarah di balai desa, akan ada penjaga yang pekerjakan dan mendapatkan gaji setiap bulannya.
"Udah musyawarah itu, yang punya ijazah SD, SMP, menerima pendaftaran, 2 orang satu pintu, siang satu, malam satu, jadi semuanya minta empat. Daftarnya ke Pak Lurah, Pak Lurah udah musyawarah dengan kabupaten, nanti katanya ada diperhatikan," jelasnya.
Baca juga: Petaka Odong-odong, Hiburan Murah Berujung Maut