Bos SPI Ditahan karena Asusila, Alumni Galang Petisi Minta Dibebaskan

Sejumlah siswa dan alumnus sekolah SPI di Kota Batu, Senin, 11 Juli 2022, menggalang petisi untuk menuntut agar pemimpin sekolah itu, Julianto Eka Putra, yang ditahan karena kasus asusila dibebaskan karena menganggap Julianto tidak bersalah.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA Nasional - Siswa dan alumni sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) di Kota Batu, Jawa Timur, menggalang petisi dengan tagar #SaveSPI, #SPIBaikBaikSaja hingga #BebaskanKoJul. Tagar ini menggema usai Julianto Eka Putra ditahan di Lapas Lowokwaru, Kota Malang sejak, Senin, 11 Juli 2022.

Kepala Sekolah SMA SPI Kota Batu Risna Amalia Ulfa, pada Selasa, mengatakan bahwa tagar itu dibuat oleh siswa hingga alumni sebagai respons atas penahanan Julianto "yang mengganggu aktivitas sekolah". Mereka tidak ingin kasus itu berdampak pada sekolah.

Saat ini aktivitas di sekolah SMA SPI tetap berjalan normal. Hal yang dikhawatirkan adalah menurunnya semangat siswa hingga psikis para siswa akibat kasus itu. Para guru dan pengajar kini fokus kegiatan pembelajaran dan menjaga semangat anak-anak agar tidak jatuh.

Pendiri Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) di Kota Batu, Jawa Timur, Julianto Eka Putra (tengah), terdakwa kasus pelecehan seksual terhadap siswinya, ditahan di Lapas Kelas I Lowokwaru, Kota Malang, pada Senin 11 Juni 2022.

Photo :
  • Kejari Kota Batu

''Kami sampaikan juga ke mereka agar fokus sekolah. Sayang kalau pendidikannya tidak lanjut. Pelan-pelan, mereka mulai ingat komitmen di awal untuk di sini belajar. Sebelumnya mereka juga ngerasa resah dan takut. Meski cuman pertanyaan kan pengaruh ke psikis mereka,'' ujar Risna.

Salah satu pembuat petisi, RMD, yang kini berstatus mahasiswa di STK SPI, menyebut pemberitaan saat ini berpengaruh pada psikis siswa. Menurutnya, ada 200 siswa yang terlibat dalam pembuatan petisi itu.

“Petisi itu dibuat untuk menyampaikan bahwa kami baik-baik saja di sini. Kami belajar banyak dari SPI dan kami tahu betul bahwa pemberitaan di luar sana tidak benar. Kami sendiri yang pernah dan tinggal di sini, yang tahu betul apa yang pernah dan sedang terjadi di sini," kata RDM.