Akibat Wabah PMK, Peternak Sapi Alami Rugi Hingga Ratusan Juta
- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak luas di Pujon, Kabupaten Malang. Semua peternak sapi perah di daerah ini merasakan dampak dari wabah mematikan bagi hewan ternak ini.
Salah satu peternak yakni Imam Syafii mengatakan, dari 14 sapi siap perah hanya 10 ekor yang kini bisa kembali menghasilkan susu. Sedangkan dua terpaksa dijual dan dua mati karena wabah PMK.
"Saya itu punya 14 ekor sapi semua terkena PMK. 10 sudah sembuh itu 25 hari setelah kena (PMK). Dua kemudian membaik, tapi masih tidak bisa bangun akhirnya kita jual. Yang dua sudah kondisi darurat tidak mungkin kita jual, ya sudah mati kita kubur," kata Imam, Sabtu, 25 Juni 2022.
Imam menuturkan, untuk dua sapi yang terpaksa dijual, harga normal di kisaran Rp28 juta. Tetapi karena dampak PMK sapi itu hanya laku Rp2,5 juta per ekor. Dari 2 ekor sapi yang dijual Imam hanya mendapat Rp5 juta.
Imam dan keluarga yang sudah beternak sapi sejak tahun 1960-an mengaku periode saat ini merupakan masa terburuk peternak sapi. Setelah berjuang menghadapi pandemi COVID-19 mereka kini berjuang kembali menghadapi wabah PMK. Total kerugian dalam satu bulan ini mencapai Rp100 juta lebih. Terdiri dari harga jual sapi di bawah normal dan biaya perawatan sapi selama terjangkit PMK.
"Ya harga sapi itu turun 10 kali lipat. Kemarin itu laku Rp2,5 juta padahal normalnya Rp28 juta. Yang sekarat tidak mungkin kita jual dibiarkan mati lalu dikubur. Kalau sebulan ini kerugian sampai Rp100 juta. Dua ekor sapi dijual dengan harga anjlok dan 2 ekor sapi mati. Lalu, biaya perawatan memberikan obat-obatan vitamin itu satu bulan Rp6 juta," ujar Imam.
Imam mengungkapkan, bahwa dalam 2 hari berturut-turut sapi miliknya ada yang mati. Pertama pada Rabu, 22 Juni 2022 dan kedua pada Kamis, 23 Juni 2022. Padahal kata Imam sapi ini sudah diberi perawatan khusus. Mulai diberi vitamin herbal, obat penurun panas hingga disuntik antibiotik oleh Koperasi. Tetapi tetap saja sapinya mati.
Kerugian lainnya, jumlah produksi susu dari sapi perah miliknya menurun drastis. Biasanya dalam sehari dia memproduksi 160 liter susu. Tetapi karena wabah PMK produksi susu hanya 80 liter saja per hari. Beruntungnya, susu yang dihasilkan tetap dibeli oleh koperasi.
"Produksi susu menurun separuh. Perawatan saya itu 25 hari lebih, biaya perawatan besar. Padahal suntik vitamin itu gratis dari koperasi. Peternak itu kan obat-obatan dapat gratis. Tapi biaya perawatan mandiri itu habis Rp6 juta sebulan. Kita berharap segera berakhir wabah ini," tutur Imam.