Cara Penggalangan Dana NII Terungkap, dari Ngerampok hingga Donasi
- VIVA/Yeni Lestari
VIVA – Tradisi pengumpulan dana yang dilakukan Negara Islam Indonesia (NII) untuk kegiatan operasional terungkap. Para anggota awalnya mengumpulkan dana dengan cara merampok atau mengambil barang orang lain.
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan mengatakan modus mengambil barang orang lain diperbolehkan dalam kelompoknya. Sebab, menurut anggota NII, kondisi saat ini sama seperti saat perang yang membutuhkan banyak bantuan dana.
"Di kelompok NII memang melakukan penggalangan dana. Kita dulu menggunakan fai atau mengambil harta orang lain. Itu diperbolehkan. Karena hari ini adalah kondisi perang," kata Ken dalam jumpa pers di Hotel Aryaduta, Senin, 20 Juni 2022.
Ken lantas menjelaskan, biasanya anggota NII terlebih dulu membuat kartu tanda penduduk (KTP) dan ijazah palsu untuk melamar pekerjaan sebagai asisten rumah tangga (ART) di rumah mewah di kawasan Jakarta. Kemudian, saat sang majikan beserta keluarganya pergi, barulah anggota NII beraksi mengambil harta tersebut.
"Satu hari saat majikan pergi, anaknya sekolah, kita datang bawa mobil dan ambil hartanya tersebut. Itu boleh diambil," bebernya.
Seiring berjalannya waktu, modus mengambil harta atau barang berharga milik majikan itu dianggap berisiko tinggi. Sehingga, anggota NII mulai mencari cara lain dalam menggalang dana diantaranya membuat yayasan hingga membuka donasi masjid dan bencana alam.
"Modus itu dianggap berisiko, lalu mereka membuat yayasan yatim piatu, dhuafa, donasi cinta masjid hingga donasi jika terjadi bencana. Mereka aktif sekali menggunakan kegiatan sosial untuk mencari dana," terangnya.
Lebih jauh, Ken menyebut modus-modus yang digunakan anggota NII dalam mencari dana ini juga digunakan kelompok lain, salah satunya Jamaah Islamiyah (JI). Menurutnya, modus donasi cinta masjid hingga bencana ini cukup mencoreng nama baik dari pihak asli yang sebetulnya mencari dana sosial tersebut.
"Ini mencoreng nama orang yang asli mencari dana. Konsep ini juga digunakan JI dan tersebar di tempat makan hingga ibadah. Ini mencoreng nama pendana sosial," tukas Ken.
Baca juga: BNPT: Khilafatul Muslimin Ideologinya Mirip HTI, Pendirinya Eks NII