Penanggulangan Bencana Lokal Dinilai Kurang Disentuh GPDRR di Bali
- VIVA/Ni Putu Putri Muliantari
VIVA – Dalam rangka gelaran konferensi internasional tentang penanggulangan risiko bencana, GPDRR di Bali, berbagai aksi turut dilakukan.
Salah satunya yayasan IDEP yang membuka Bale Resiliensi di luar even GPDRR (Global Platform for Disaster Risk Reduction), untuk mewadahi suara-suara lokal yang dinilai kurang terangkat.
Salah satu yang menjadi fokus adalah menghadirkan metode-metode lokal dalam menghadapi bencana, mitigasi, penanggulangan, hingga rehabilitasi lewat diskusi dengan desa adat contohnya.
Direktur Eksekutif IDEP menilai bahwa masyarakat Indonesia, salah satunya Bali sesungguhnya sudah tangguh dalam hal kebencanaan.
Dilihat dari Bali yang memiliki pararem atau aturan adat yang dapat diterapkan masyarakat, namun saat ini implementasinya menurun seiring dengan mulai lunturnya kearifan lokal, sehingga yang menjadi PR seharusnya adalah upaya membangkitkan kekuatan lokal dari segi kebencanaan.
"Itu yang kita coba, hal itu yang seharusnya didiskusikan oleh GPDRR supaya mereka betul-betul dari lokal masyarakatnya sendiri. Down to top lah kebutuhan masyarakat terakomodir," ujar Muchamad Awal pada hari Senin, 23 Mei 2022.
Awal tak mengatakan bahwa kegiatan ini adalah tandingan bagi even yang diselenggarakan PBB, namun sebaliknya. Ia berharap suara lokal yang ditampung, pada akhirnya dapat menguatkan GPDRR.
GPDRR ke 7 sendiri dilaksanakan di Bali dengan Indonesia sebagai tuan rumahnya mulai hari ini hingga 28 Mei 2022 nanti.
Kegiatan berskala internasional ini dihadiri oleh 190 negara dengan tak kurang dari 4.000 delegasi. Tidak sedikit pemangku kepentingan yang optimis bahwa penyelenggaraan kegiatan global ini akan berdampak bagi penguatan kapasitas dan sistem penanggulangan bencana di Indonesia.
Pasalnya, GPDRR akan menjadi ruang berbagi praktik penanggulangan bencana bagi banyak negara di dunia.
Baca juga: RI dan PBB Gelar Konferensi Penanggulangan Risiko Bencana di Bali