Profil Fahmi Idris yang Meninggal Dunia

Fahmi Idris
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Mantan menteri sekaligus tokoh nasional Fahmi Idris meninggal dunia, hari Minggu, 22 Mei 2022 pada pukul pukul 10.00 WIB. Prof. H. Fahmi Idris bin Idris Marah Bagindo akan disemayamkan di rumah duka, Akan di semayamkan di Rumah Duka, Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan.

Kabar duka ini disampaikan oleh putri Fahmi Idris, Fahira Idris lewat akun Twitternya yang berbunyi:

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Telah berpulang Bp. Prof. H. Fahmi Idris bin Idris Marah Bagindo. Saat ini, masih di ICU RS. Jam 10.00 wib wafat Akan di semayamkan di Rumah Duka, Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan. Mohon dimaafkan Ayah Fahmi Idris jika selama hidup memiliki salah dan khilaf. Akan di Kuburkan di Tanah Kusir. Jenazah almarhum rencananya akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta," tulis dia.

Seperti diketahui, Prof. Dr. Fahmi Idris, S.E., M.H. (lahir 20 September 1943), adalah seorang pengusaha dan politikus asal Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dalam Kabinet Reformasi Pembangunan, serta Menteri Perindustrian dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada Kabinet Indonesia Bersatu.

Fahmi juga pernah terpilih menjadi anggota DPR-GR mewakili kalangan mahasiswa, serta ketua Fraksi Golkar di MPR-RI. Mulai Februari 2017 Fahmi Idris menjadi Dewan Penasehat Ormas dan LBH Bang Japar (Kebangkitan Jawara dan Pengacara) di mana yang menjadi Ketua Umumnya adalah Fahira Fahmi Idris.

Fahmi Idris menikah dengan Kartini, putri seorang ulama terkenal asal Banjar, Hasan Basri. Dari pernikahannya ia dikaruniai dua orang putri Fahira Fahmi Idris dan Fahrina Fahmi Idris yang mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pengusaha.

Kini Fahira menjabat sebagai Ketua Himpunan Saudagar Muda Minangkabau, aktivis gerakan anti miras, sekaligus legislator DPD RI periode 2014-2019. Sedangkan Rina terpilih sebagai Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia.

Masa Kecil

Fahmi merupakan putra dari pasangan perantau Minangkabau. Ayahnya Haji Idris Marah Bagindo, merupakan seorang pedagang yang mendidik anak-anaknya untuk taat beragama dan disiplin. Fahmi yang menghabiskan masa kecilnya di Kenari, Jakarta Pusat, terkenal bengal dan suka berkelahi.

Ia lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1969. Di kampus tersebut, Fahmi dikenal sebagai aktivis yang ulet dan cekatan. Beberapa jabatan kemahasiswaan sempat ia sandang, antara lain sebagai pimpinan Himpunan Mahasiswa Islam, Ketua Senat Fakultas Ekonomi UI (1965-1966), dan Ketua Laskar Ampera Arief Rachman Hakim (1966-1968).

Fahmi Idris menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1962 hingga 1969. Pada 1999, ia kembali berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam As-Syafiiyah Jakarta hingga 2004. Pada 2008, ia mengambil kuliah S-2 Hukum Bisnis berhasil meraih gelar Magister Hukum dari Universitas Padjadjaran pada 2010. Pada 2012, ia meraih gelar Doktor bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dari Universitas Negeri Jakarta.

Pada 2021, ia meraih gelar Doktor Filsafat dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Pada 2022, ia diberikan gelar Profesor kehormatan oleh Universitas Negeri Padang.

Karier Bisnis

Fahmi memulai kariernya sebagai pengusaha pada tahun 1967. Dua tahun kemudian bersama para eksponen 1966, ia mendirikan PT Kwarta Daya Pratama. Pada tahun 1979, ia duduk sebagai direktur utama Kongsi Delapan (Kodel Group), sebuah perusahaan konglemerasi yang didirikannya bersama Aburizal Bakrie, Soegeng Sarjadi, Abdul Latief dan Pontjo Sutowo.

Pada era 1980-an, perusahaan tersebut merupakan konglomerasi yang cukup besar. Kodel mengelola usaha agrobisnis, perdagangan, perbankan, perminyakan, hingga hotel. Pada tahun 1988, Kodel membangun Hotel The Regent (kini Four Seasons Jakarta) di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Bisnis propertinya tidak hanya di Jakarta, namun juga merambah Beverly Hills, California. Disana Fahmi membangun sebuah hotel, Regent Beverly Whilshire.

Politik

Pada tahun 1984, Fahmi bergabung dengan Partai Golkar. Ia langsung ikut berkampanye bersama Ali Moertopo dan Abdul Latief di Sumatra Barat. Pada tahun 1998-2004, ia menjabat sebagai Ketua DPP Golkar di Jakarta. Ia kemudian dilantik sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam tahun yang sama. Pada tahun 2004, ia sempat dipecat dari keanggotaan Golkar, karena menentang hasil Rapat Pimpinan Partai yang mendukung Megawati-Hasyim Muzadi sebagai calon presiden dan wakil presiden. Ketika itu, Fahmi malah mendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.

setelah pasangan ini terpilih, Fahmi kembali ditunjuk sebagai Menteri Tenaga Kerja, sebelum akhirnya di kocok ulang menjadi Menteri Perindustrian. Namanya direhabilitasi, dan ketua umum Jusuf Kalla menariknya kembali masuk partai. Selain duduk di berbagai macam jabatan profesi dan bisnis, kini ia juga menjabat sebagai Anggota Dewan Penasehat Partai Golkar.