Bahas Iklim dan Lingkungan, 27 Negara Hadiri G20 di Yogyakarta
- Istimewa/Cahyo Edi
VIVA – 81 delegasi dari 20 negara anggota, 7 negara undangan dan 5 organisasi internasional terlibat dalam agenda pembukaan G20 Kedeputian Lingkungan dan Kelompok Kerja (Pokja) Keberlanjutan Iklim atau First G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (1st G20 EDM-CSWG) di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Selasa 22 Maret 2022.
Pertemuan ini membahas berbagai isu strategis. Nantinya isu strategis ini akan ditindaklanjuti bersama salah satunya perlindungan lingkungan hidup dan pengendalian perubahan iklim.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dhewanthi mengatakan sehari sebelumnya telah dilaksanakan pertemuan 1st EDM-CSWG yang merupakan side event 1st G20 EDM-CSWG.
Laksmi menerangkan pada side event Environment Deputies Meeting (EDM) diusung dialog dengan topik Solusi Berbasis Alam dan Pendekatan Berbasis Ekosistem untuk Pengelolaan Air, Kota Sirkular, dan Air Bersih Positif Untuk Pembangunan Air Berkelanjutan.
“Pertama, mendukung pemulihan yang lebih berkelanjutan, dalam hal ini, untuk mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memaksimalkan manfaat tambahan dari program pemulihan Pasca-COVID-19 dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata Laksmi, Selasa 22 Maret 2022.
Laksmi menuturkan para delegasi yang hadir baik daring maupun luring membahas peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim. Pembahasan dalam forum menekankan pentingnya kontribusi ekosistem yang unik untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta ekonomi biru.
“Peningkatan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim menjadi isu ketiga. Dalam hal ini, untuk mendukung implementasi mekanisme pembiayaan yang inovatif dan mobilisasi pendanaan untuk alam, dengan melekatkan pada pentingnya dan peran sektor swasta,” tutur Laksmi
Laksmi menjabarkan pemerintah Indonesia dalam agenda itu membawa misi penguatan kerja sama global untuk menghasilkan kecepatan dan aksi nyata terhadap implementasi post-2020 kerangka keanekaragaman hayati global, restorasi ekosistem yang berfokus untuk mengurangi degradasi lahan dan meningkatkan konservasi, pengelolaan berkelanjutan dan pemulihan habitat terrestrial khusus lahan gambut, mangrove dan/atau ekosistem unik lainnya.
Dibahas pula komitmen global terhadap pengelolaan sumber daya air termasuk pengelolaan danau berkelanjutan, pengelolaan Daerah Aliran sungai, dan efisiensi sumber daya air untuk mencapai ketahanan air dan mendukung target SDG’s nomor 6, menciptakan pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif untuk mendukung pemulihan ekosistem dan ekosistem laut dan penguatan rencana aksi sampah laut dan tindakan lebih lanjut perlindungan terpadu ekosistem pantai dan laut dari pencemaran berbasis darat dan laut dengan fokus khusus pada keterlibatan masyarakat.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Relianto selaku Co-Chair G20 EDM-CSWG, menambahkan, salah satu pembahasan paling pokok dalam pertemuan tersebut adalah rehabilitasi mangrove dan peatland. Pengalaman sangat intensif dan keberhasilan di lapangan yang sudah dilakukan pemerintah sangat tepat untuk disebarluaskan ke seluruh anggota G20.
“Terlebih, semua juga memiliki mangrove dan peatland, tetapi tidak berhenti di situ saja. Kami juga mendorong transfer teknologi dan pengetahuan di tropical peatland, kami sudah ada kelembagaannya tinggal menunggu support dari negara lain untuk bisa menjadi gerakan perbaikan lingkungan secara global,” sambungnya.
Rangkaian pertemuan EDM-CSWG kali ini tidak hanya akan dihadiri oleh anggota G20. Pemerintah Indonesia mengundang Spanyol sebagai negara undangan permanen, Belanda, Singapura, Fiji, Belize, Senegal, Rwanda dan Uni Emirat Arab.
Fiji diundang sebagai representasi negara berkembang dan negara kepulauan, sedangkan Belize, Senegal, Rwanda, sebagai representasi kemajemukan negara-negara di benua Afrika. Selain negara, sejumlah organisasi internasional juga akan terlibat dalam pertemuan EDM-CSWG antara lain UNEP, FAO, IFAD, UNDP, dan ASEAN.