Soal Tuhan Bukan Orang Arab, Masyarakat Diharapkan Tak Mau Diadu Domba
- Instagram @tni_angkatan_darat
VIVA - Panglima Generasi Cinta negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid menilai siapapun akan mudah mencerna pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Dudung Abdurachman. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan pernyataan "Tuhan bukan orang Arab" baik secara ekpkisit dan implisit.
"Mayoritas masyarakat paham bahwa kalimat utuhnya tidak ada hal yang salah dengan "makna dan maksud" dari kalimat tersebut," ujarnya.
Ada Pihak-pihak yang Manfaatkan Situasi
Namun, lanjut dia, selalu saja ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan berbagai upaya untuk kepentingan kelompok nya sendiri seperti mencari panggung, mencari simpati atau mungkin sengaja mendeskreditkan tokoh-tokoh nasional yang ada.
"Oleh karena itu, saya menyarankan sudahilah upaya-upaya seperti itu. Kita itu negara besar, banyak hal yang lebih produktif yang bisa kita lakukan bersama, utamakan tabayyun, kedepankan persatuan dan kesatuan," katanya.
Waspada dengan Adu Domba
Lebih jauh Habib yang dikenal vokal ini mengatakan, kita semua harus waspada dengan adu domba yang terjadi belakangan ini. Karena sudah sangat mengkhawatirkan hingga sampai TNI di adu dengan pemiliknya sendiri yakni rakyat.
Umar pun meminta kepada semua pihak untuk mewaspadai bahaya laten 'adu domba' ini. Karena bahaya adu domba ini lebih besar dari bahaya COVID-19.
"Dampaknya bangsa ini bisa terpecah," tegasnya.
Untuk itu, tambah dia, saatnya sekarang masyarakat menghentikan saling curiga, ketidakpercayaan satu sama lainnya melalui dialog dan silaturahmi.
"Karena saya yakin kalau TNI dan rakyat itu satu. Seperti semboyannya TNI selama ini, yakni dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Dan, kita semua tau kalau TNI bukan milikmu, tapi milik kita, rakyat Indonesia," katanya.
Bukan Kejadian Biasa
Umar melihat kejadian terkait agama Islam belakangan ini bukanlah kejadian biasa. Karena kejadiannya seperti terstruktur dan masif.
Menurutnya, seperti masalah penurunan baliho yang terjadi di Jakarta. Kenapa harus TNI yang menurunkan, bukannya ada Satpol PP.
"Mungkin saja pada saat itu tidak ada yang berani menurunkannya, maka diinstruksikanlah TNI yang dinilai dekat dan dicintai oleh rakyat," tegasnya.